Sudah berapa ribu puisi memuat kata senja, hujan, dan kopi? Beberapa memang indah dan romantis. Selain itu, tidak ada larangan menulis puisi dengan kata-kata senja, hujan, dan kopi.Â
Saya pun menggunakan kata-kata tersebut dalam puisi anggitan saya. Hanya saja, saya tidak kecanduan senja, hujan, dan kopi. Saya berupaya mengeksplorasi kekayaan bahasa Indonesia dalam tulisan-tulisan saya.
Bahasa Indonesia amat kaya. Pada tahun 2018, jumlah lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V mencapai 109.213 lema. Jumlah lema bahasa Indonesia tak terpaut jauh dengan lema bahasa Inggris dalam kamus Oxford English Dictionary yang memuat 171,476 kata.
Amat disayangkan bahwa banyak penulis dan warga Indonesia enggan membuka kamus untuk mempelajari kekayaan bahasa persatuan kita.Â
Ini terlihat, antara lain, dari jumlah pencarian dalam laman KBBI daring pada 2018 yang hanya sekitar 15,7 juta pencarian. Itupun bukan berarti ada 15 juta pengguna karena satu pengguna bisa saja mencari berkali-kali.
Jika pilihan kata yang tersedia di otak kita hanya berkisar pada senja, hujan, dan kopi belaka, hendaknya kita bercermin diri dengan bertanya, "Kenapa cuma kata-kata itu yang aku tahu?"
Apakah karena aku malas membaca? Apakah karena aku terbelenggu pada kata-kata yang kini terlalu banal?Â
Nah, pertanyaan berikutnya: apa saja tips agar puisi yang kita tulis tidak hanya mengandung senja, hujan, dan kopi? Inilah tipsnya:
Pertama, rajinlah membuka kamus dan tesaurus.
"Apa? Membuka kamus? Apa pula itu tesaurus? Ah, males banget. Yang penting kan nulis dan orang lain paham."
Nah, pernyataan barusan adalah tanda kemalasan berbahasa yang bisa amat berbahaya. Seorang pencinta bahasa dan penulis sejati justru rajin membuka kamus dan tesaurus untuk aneka tujuan mulia:
- a) Memeriksa ketepatan ejaan dan makna kata
- b) Memperkaya perbendaharaan kata, antara lain dengan memeriksa sinonim dan antonim sebuah kata