Sebagai pengantar, dalam artikel ini, saya tidak dapat menulis istilah ab**** karena sistem Kompasiana mencegah iklan obat yang sering mengganggu. Saya sangat paham akan urgensi blok ini. Sebagai ganti istilah tersebut, saya gunakan "pengguguran kandungan".Â
Saya harap Anda juga menggunakan istilah "pengguguran kandungan" dalam kolom komentar, untuk menghindari artikel ini kena blok (mencegah saja).Â
Sebenarnya amat disayangkan bahwa artikel ini tidak dapat memuat istilah ab****. Warganet pasti mencari dengan kata kunci tersebut. Mungkinkah Kompasiana memberi solusi?Â
Tiga Kisah
Mari kita simak tiga kisah berikut. Semua nama hanyalah fiktif belaka.
Melati panik karena tes kehamilan menyatakan bahwa ia mengandung bayi dari kekasihnya. Masalahnya, kekasihnya masih mahasiswa semester awal.Â
Melati sendiri masih kelas dua SMA. Kedua sejoli ini jelas belum siap menikah. Apalagi, hubungan mereka tak direstui orang tua Melati karena pacar Melati bukan berasal dari keluarga yang setara status sosialnya dengan keluarga Melati.
Dalam kepanikan, Melati mulai mencari-cari dukun dan obat yang bisa membantunya untuk menggugurkan kandungan. Namun di lubuk hatinya, ia sebenarnya tak mau melakukan pengguguran kandungan. Ia tahu, makhluk mungil di dalam rahimnya tak patut jadi korban demi menutupi aib.
Dalam kebingungannya, Melati berjumpa teman lamanya di SMP dulu, Maria. Maria berkata, "Melati, saya tahu ada lembaga yang bisa membantumu. Kamu bisa melahirkan dengan aman di fasilitas klinik mereka. Jangan buru-buru memilih untuk menggugurkan kandunganmu."
*
Kisah lain, Ibu Mawar terkejut karena ia hamil anak keempat. Suaminya yang hanya kerja serabutan tak menghendaki lagi kehadiran bayi di keluarga mereka. "Kita tak mampu beri makan empat anak, Bu!"