Kisah ini menjadi alasan mengapa Santo Nicholas menjadi santo pelindung anak-anak. Tambah lagi, Uskup Nicholas dikisahkan gemar blusukan ke desa-desa membawa hadiah kecil untuk anak-anak miskin.
Dari Belanda ke Penjuru Dunia
Nama Santa Claus berevolusi dari nama panggilannya dalam bahasa Belanda: Sinter Klaas, bentuk singkat dari Sint Nikolaas (bahasa Belanda untuk Santo Nikolas).Â
Di Belanda perayaan St. Nicholas tetap hidup dalam bentuk Sinterklaas, seorang tokoh budiman yang melakukan perjalanan dari rumah ke rumah pada malam 5 Desember.Â
Sinterklaas meninggalkan camilan atau hadiah di sepatu anak-anak dengan imbalan makanan ringan untuk kudanya, menurut cerita rakyat yang beredar di Belanda.
Dalam tradisi Belanda, Sinterklaas mengenakan jubah uskup merah, memiliki seorang asisten peri, dan menunggang kudanya di atas atap sebelum menyelinap ke bawah cerobong asap untuk mengirimkan hadiah.
Sinterklaas membuat terobosan pertamanya ke dalam budaya populer Amerika menjelang akhir abad ke-18. Pada bulan Desember 1773Â dan 1774, sebuah surat kabar New York melaporkan bahwa sekelompok keluarga Belanda telah berkumpul untuk menghormati hari peringatan kematiannya.
Pada 1804, John Pintard, anggota New York Historical Society, membagikan potongan kayu St. Nicholas pada pertemuan tahunan kelompok itu. Latar belakang ukiran itu berisi gambar-gambar Santa yang sekarang kita kenal, termasuk kaus kaki yang penuh dengan mainan dan buah yang digantung di atas perapian.Â
Pada 1809, Washington Irving membantu mempopulerkan cerita Sinter Klaas ketika ia menyebut St. Nicholas sebagai santo pelindung New York dalam bukunya, The History of New York.
Jadi Figur Komersialisasi Natal