Belum lama ini beredar berita bohong bahwa tentara Tiongkok diperbantukan untuk menjaga Jakarta selama demo 22 Mei lalu. Rupanya isu latar belakang etnis masih saja jadi bahan untuk mengadu-domba.Â
Faktanya, ada sejumlah keturunan Tionghoa menjadi anggota tentara dan polisi di negara  kita. Hanya saja, kita jarang sekali mendengar ada polisi dan tentara Indonesia keturunan Tionghoa.
Mengapa Kiprah anggota TNI-Polri keturunan Tionghoa jarang kita dengar? "Tiga dekade Orde Baru berkuasa telah menyembunyikan peran-peran Tionghoa kepada negara," kata pengamat militer, Jaleswari Pramodhawardani dalam diskusi buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran karya Iwan "Ong" Santosa, di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat (22/2/2018).
Mengutip netralnews.com, Â setelah meletusnya Gerakan 30 September (G30S) dan disusul jatuhnya kekuasaan Soekarno, kebijakan negara cenderung berubah. Bukan rahasia lagi bahwa di masa Orde Baru, dua bidang profesi ditabukan bagi etnis Tionghoa yaitu menjadi pegawai negeri sipil dan tentara.
Dampak dari kebijakan itu, pada masa Orde Baru, pemuda Tionghoa yang ingin mendaftar menjadi anggota TNI dan Polri menjadi sangat sedikit. Pemuda Tionghoa lainnya menjadi terpinggirkan dan akhirnya menekuni bidang perdagangan, kedokteran, dan profesi lain yang tidak dipersulit.
Padahal, sejarah membuktikan, anggota TNI dan Polri dari etnis Tionghoa sudah banyak memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa Indonesia.Â
Baca Juga:Â Liem Koen Hian, Keturunan Tionghoa yang Memperdjoeangkan Kewarganegaraan Indonesia
Laksamana Muda TNI (Purn.) John Lie Tjeng TjoanÂ
Ketika Perang Dunia II berakhir dan Indonesia merdeka, John Lie membaktikan diri pada Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI. Semula ia bertugas di Cilacap, Jawa Tengah, dengan pangkat Kapten.Â
Di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Atas jasanya, pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor.Â
Kemudian dia memimpin misi menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya. Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila, dan New Delhi.
Menurut kesaksian Jenderal Besar TNI AH. Nasution pada 1988, prestasi John Lie "tiada taranya di Angkatan Laut" karena dia adalah "panglima armada (TNI AL) pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik", yakni dalam operasi-operasi menumpas kelompok separatis Republik Maluku Selatan, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, dan Perjuangan Rakyat Semesta.
John Lie wafat pada 27 Agustus 1988. Beliau dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas segala jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 November 1995, Bintang Mahaputera Adipradana dan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2009.
Akan sangat menarik bila suatu ketika ada film biopik yang mengulas kiprah beliau bagi Indonesia. Pasti akan  mampu menyadarkan kita bahwa perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh segenap WNI, dari aneka agama, suku, dan ras.
Nama-Nama Perwira TNI dan Polri dari Etnis Tionghoa
Dalam sejarah TNI dan Polri, tercatat ada sejumlah petinggi yang berasal dari etnis Tionghoa. Beberapa nama berikut semoga bisa memberi gambaran:
Brigadir Jenderal TNI Teguh Santosa atau Tan Tiong Hiem (jabatan terakhir Wakil Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Darat tahun 1993-1995)
2. Mayor Jenderal TNI Iskandar Kamil atau Liem Key Ho (jabatan terakhir adalah hakim agung).
3. Brigadir Jenderal TNI Teddy Yusuf atau Him Tek Ji (anggota Fraksi ABRI di Dewan Perwakilan Rakyat tahun 1995-1999)
4. Marsekal Pertama TNI Ir Billy Tunas, MSc (Kepala Pusat Data dan Informasi Departemen Pertahanan tahun 1992-1993)
5. Brigadir Jenderal TNI Paulus Prananto (jabatan terakhirnya adalah Kepala Pusat Data dan Informasi Departemen Pertahanan tahun 1999-2002)
6. Laksamana Pertama TNI FX Indarto Iskandar atau Siong Ing (Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Pertahanan)
7. Mayjen TNI dr Daniel Tjen, SpS (Kepala Pusat Kesehatan TNI).
8. Kolonel Surya Margono atau Chen Ke Cheng (Atase Pertahanan di KBRI Beijing, Tiongkok).
Baca Juga:Â Liem Koen Hian, Tokoh Wartawan, dan Politisi Tionghoa
Icha Ong, Brimob Jelita yang Sempat Viral
Salah satu nama yang sempat tenar adalah Icha Ong. Nama lengkapnya Trizha Valencia Ong. Polwan dari latar-belakang etnis Tionghoa ini anggota Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.
Dalam informasi bio di Instagramnya @ong_icha, dia memperkenalkan diri sebagai Buci alias "Bugis-Cina". Jumlah pengikutnya tak tanggung-tanggung: 73 ribu.Â
Selain Icha Ong, ada juga anggota TNI dan Polri keturunan Tionghoa. Hanya saja, mereka tak selalu viral. Yang penting bukan viral, tapi pengabdian tulus bagi Indonesia. Berikut sebagian saja dari mereka. Ada yang bisa bantu memberi informasi nama lain?Â
Happy Saputra (maaf tidak tahu pangkat terakhirnya), lulusan Akpol angkatan 2007.Â
TNI memiliki Hendra Kho, yang pernah bertugas di Bravo 90 Penanggulangan Teror. Ia menjadi TNI karena ingin mengikuti teladan kakeknya,
Kho Bak Tjoa, seorang Tionghoa yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia pada masa-masa 1945.
Icha Ong, Bripda Kevin, Hendra Kho, dan kawan-kawan membuktikan bahwa sudah sejak beberapa tahun ini, tiada lagi diskriminasi etnis dalam penerimaan anggota TNI dan Polri.
Semua suku boleh menjadi abdi negara. Apalagi, sudah ada UU nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Ada ancaman sanksi pidana sangat berat bagi individu pelaku rasisme, dan sanksi pidana berlipat bagi institusi yang sengaja melakukan rasisme.
Terima kasih, Laksamana John Lie dan para anggota TNI dan Polri dari latar belakang Tionghoa! Bersama-sama kita majukan tanah air kita tercinta Indonesia. Salam cinta Indonesia dari saya.
Imbauan saya, terutama bagi Anda yang masih belum sadar, segeralah sadar bahwa tidak ada alasan yang sahih untuk membedakan pribumi dan nonpribumi. Sejarah perjuangan bangsa ini membuktikan, kemerdekaan adalah hasil tumpah darah putera-puteri terbaik tanah air, tanpa membedakan SARA.Â
Setop membual soal pribumi dan nonpribumi. Sudah terlalu lama kita dibodohi oleh bangsa-bangsa penjajah dan sebuah rezim yang nyata-nyata membangun jargon pribumi-nonpribumi untuk memecah belah bangsa Indonesia.
Siapa kita? Indonesia!!!
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6
Baca Juga:Â Menyingkap Para Penyair dan Penulis Keturunan Tionghoa dari Purwokerto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H