Gejala Egoisme Agama Akhir-Akhir Ini
Di tanah air kita, sayangnya, egoisme agama masih saja menggejala. Tanpa bermaksud menyinggung agama mana pun, saya tampilkan beberapa kejadian. Sekali lagi, tidak ada maksud hati menyamaratakan kelakuan oknum dengan mayoritas pemeluk agama-agama tertentu.
- Perda Injil di Manokwari
Perda bertajuk Manokwari Kota Injil disahkan DPRD Manokwari akhir Oktober 2018. Namun perda Injil belum diterapkan karena urung mendapatkan pengesahan oleh pemerintah pusat.Â
Perda itu mewajibkan seluruh umat beragama di Manokwari tak beraktivitas saat ibadah minggu penganut kristiani, selain mengatur prosedur pendirian rumah ibadah di luar Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tahun 2006.
- Sekelompok warga menolak rencana umat Hindu yang ingin membangun pura (tempat ibadah) di Desa Labuan Kenanga, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kejadian ini terjadi Februari 2018.
- Slamet Jumiarto, pelukis beragama Katolik pada Maret 2019 sempat ditolak kehadirannya sebagai warga baru oleh pengurus warga Dusun Karet, Pleret, Bantul, DIY. Alasan penolakan semata-mata karena Slamet tidak seagama dengan warga setempat. Kasus ini akhirnya selesai setelah Bupati Bantul turun tangan.
- Mei 2019, rencana pembangunan tempat ibadah pura di Desa Sukahurip, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, ditolak sekelompok warga. Alasan penolakan karena mayoritas warga yang mendiami lokasi calon pura tersebut bukan seagama dengan penganut Hindu.
Masih banyak praktik intoleransi yang terjadi, namun tidak diliput media massa. Misalnya, intoleransi majikan yang membatasi akses karyawan beda agama untuk beribadah; intoleransi di dunia kerja dengan menganakemaskan dan atau menerima pegawai yang seagama saja dengan pimpinan, dan sebagainya. Sudah rahasia umum ada banyak sekali intoleransi di tengah-tengah kita. Pelaku praktik intoleransi tidak selalu dari pihak agama mayoritas. Ada juga pelaku dari pihak agama minoritas.Â
Mencecap Kembali Hikmah Pidato Bung Karno 74 Tahun Lalu
Momen Hari Lahir Pancasila 1 Juni tahun ini mengundang kita untuk mencecap kembali hikmah pidato Soekarno pada 1 Juni 1945.Â