Mendengar lagu Fourtwnty bertajuk "Kusut", entah mengapa saya jadi teringat pengalaman live-in saya di sebuah rumah sakit ternama di Jawa Tengah. Lirik lagu itu ialah:
"Tolong jauhkan nafsuku dari pesona hawamu... Aku terjangkit dan sakit... terjebak di ruang sempit."Â
Sila mendengar lagu penuh makna ini sembari membaca tulisan bersahaja ini.
Selama beberapa minggu, saya dan teman-teman ikut jadi perawat "jadi-jadian" di RS itu. Saya sebut "jadi-jadian" karena memang kami saat itu tak tahu apa pun tentang keperawatan medis. Kami semua mahasiswa fakultas Teologi yang ingin merenungkan arti menderita dan berharap.
Seperti layaknya perawat sungguhan, kami dibagi dalam giliran jaga. Ternyata yang paling berat adalah jaga malam. Sekitar jam delapan sampai subuh, kalau tidak keliru.Â
Saya kira, perawat-perawat sungguhan di RS itu pasti berjaga saat piket malam. Eh, ternyata mereka juga mencuri-curi untuk tidur. Ya iyalah, namanya juga manusia. Pasti ngantuk. Namun saya berani menjamin, ini tidak mengurangi sikap pelayanan mereka. Pada jam di saat harus mengecek kondisi pasien, mereka bangun dan bekerja.
Memandikan Jenazah Pasien ODHA
Pengalaman tak terlupakan selama live-in itu adalah saat memandikan jenazah pasien ODHA (Orang yang Hidup dengan HIV/AIDS). Oleh kepala regu jaga, saya diberitahu demikian, "Mas, ikut memandikan jenazah ya. Pasien ODHA. Kita pakai pakaian khusus untuk proteksi diri."
Aduh, memandikan jenazah saya belum pernah. Pertama kali diminta ikut memandikan jenazah kok langsung jenazah pasien AIDS, gumam saya.
Jantung saya berdebar saat mengenakan pakaian khusus sebelum memandikan pasien.
"Jangan kaget ya nanti saat lihat kondisi jenazah," pesan seorang perawat.
Saya mengangguk pelan. Penuh keraguan.Â
Memandikan jenazah pasien ODHA memang harus ekstra hati-hati. Sebabnya, virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) memang ada dalam cairan tubuh pasien. Waktu itu sebenarnya saya tidak menyentuh jenazah. Hanya menjadi pengamat saja.Â
Pasien seorang laki-laki. Tubuhnya jadi amat kurus karena digerogoti penyakit itu. Kasihan sekali. Sampai sekarang pun saya masih mengingat betapa kurus-keringnya tubuh almarhum.
Setelah memandikan jenazah pasien, para perawat bercerita sekilas tentang profil almarhum. Ia bekerja di sebuah sektor pekerjaan yang memang rawan gaya hidup beresiko tertular HIV melalui kontak seksual. Tak saya sebut di sini karena saya tidak ingin membuat citra pekerjaan itu buruk. Toh tidak semua pekerja di sektor itu bergaya hidup "bebas". Semua berpulang ke pribadi masing-masing. Tak lama, istrinya dan sejumlah kerabat datang. Isak tangis pecah. Saya ikut bersedih. Tentu tak mudah menjadi kerabat dekat penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Semasa pasien masih dirawat di RS, mereka pasti juga harus ekstra hati-hati saat membesuk. Bahkan mungkin hanya bisa melihat dari jendela kaca saja.Â
Saya membayangkan, jika sampai tetangga tahu keadaan sesungguhnya pasien ODHA ini, mungkin sebagian ikut mencibir keluarga pasien. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Oh ya, saya di sini tidak sedang mengatakan bahwa penderita AIDS pasti tertular karena kesalahannya atau gaya hidupnya. Ada juga penderita AIDS tertular karena tanpa tahu, berhubungan badan dengan pasangan suami/istrinya pengidap AIDS, Â penggunaan jarum suntik tidak steril (biasanya untuk pengguna NAPZA yang saling berbagi media suntik bekas pengidap AIDS), atau karena penularan vertikal dari ibu pada bayinya.
Sekadar berbagi, AIDS tidak menular, antara lain, melalui cara-cara berikut: gigitan serangga, penggunaan toilet yang sama, berbagi alat makan, bersalaman.Â
Simak ulasan tentang hoaks cara penularan AIDS berikut:Â
Selain itu, ada periode yang cukup lama dari seorang tertular HIV, hingga berstatus HIV positif, dan menderita AIDS.
Infografik ini melukiskan perjalanan infeksi HIV menjadi AIDS.
Saya bukan tenaga medis. Jika ada kesalahan dalam artikel ini mengenai HIV-AIDS, mohon koreksi dan informasikan segera agar saya bisa perbaiki.
Adakah sahabat yang punya pengalaman mendampingi ODHA dan kerabatnya? Sila berbagi cerita melalui artikel maupun komentar di bawah.
Salam Indonesia sehat, peduli ODHA.Â
Sebelum mengakhiri, di Kompasiana ada Pak Syaiful W. Harahap, pemerhati berita HIV/AIDS. Tulisan-tulisan beliau bisa disimak di sini.Â
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H