Penderitaan dan kebahagiaan adalah dua sisi dari satu mata uang yang satu dan sama: kehidupan.Â
Kecenderungan kita adalah menghindari penderitaan. Kita berusaha hidup baik di hadapan Tuhan dan sesama.Â
Harapannya, kita dijauhkan dari bahaya dan derita dunia serta siksa neraka.Â
Saat Orang Baik MenderitaÂ
Saat orang baik harus menderita, kita biasanya berontak pada Tuhan. Apalagi bila orang yang harus menderita itu adalah kita yang sudah berusaha jadi orang baik. "Tuhan, apa dosaku hingga aku harus menderita begini? Mengapa para koruptor itu sehat dan gembira sedang aku yang saleh harus menderita?"Â
Sepanjang masa, selalu ada pemberontakan orang saleh yang harus bergulat menerima derita. Â Â
Tak terkecuali Yesus. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus juga bergulat menerima derita.Â
Di Taman Getsemani, menjelang penangkapan dan penyaliban yang harus dialami demi menebus dosa dunia, Yesus berdoa dengan hati gelisah, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu  dari-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Injil Matius 26:39).
Inilah yang diperingati umat kristiani dalam ibadat Jumat Agung: sengsara dan wafat Yesus. Yesus adalah contoh nyata seorang benar dan saleh yang harus menderita.Â