Ia harus jam istirahatnya diganggu demi menanggapi keluhan rakyat yang mendesak harus ditangani.
Ia harus rela merelakan waktu santai bersama keluarga demi tugas pelayanan sebagai pelayan rakyat jelata.
Ia harus rela dicaci oleh rakyat bila dinilai lambat merespon keluhan.
Ia harus berkotor-kotor dan berkeringat demi rakyat.
Singkat cerita, jadi pemimpin yang melayani itu menuntut banyak pengorbanan diri.Â
Menyitir Dilan, tokoh fiksi pujaan milenial,Â
"Jangan jadi pemimpin rakyat. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja!"
Nah, mengapa berambisi buta jadi pemimpin rakyat?Â
Apa yang dicari dengan menjadi pemimpin? Apakah sungguh mau melayani atau justru ingin makin dilayani?
Apa sungguh mau berkeringat untuk rakyat atau menuntut rakyat memberi hormat?
Tanyakan saja pada pedangdut cantik yang sedang bergoyang...