Sang narablog tidak tahu, entah masih ada atau tidak orang yang minum dari ember itu mengingat Haji Jirman juga pemilik toko kelontong yang menjual air minum dalam kemasan.
3. Gentong air jadi air minum dalam kemasan plastik
Rekan narablog di Kompasiana, Irwan Rinaldi mengisahkan pengalaman unik berikut dalam artikelnya ini :
"Ketika saya melewati jalan kecil di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, di pagar depan sebuah rumah digantung wadah yang memuat 16 gelas air mineral dalam kemasan.
Cara menggantungnya sedemikian rupa sehingga gampang terlihat oleh orang yang lewat serta juga gampang untuk diambil. Tentu juga di wadah itu sudah tersedia sedotannya.
Saya perhatikan para tukang bangunan yang bekerja membangun apartemen tak jauh dari situ, dan juga tukang ojek motor, menjadi "pelanggan" yang mengambil minuman gratis tersebut."
Kita patut menghargai niat mulia pemilik rumah di Tebet, Jaksel tersebut. Memang sih, akan lebih baik bila memberi air mineral tidak dalam kemasan plastik sekali pakai. Namun, itulah cara praktis yang ia pilih demi berbagi air kepada siapa pun yang kehausan, yang lewat di depan rumahnya.
Sungguh, suatu kebaikan istimewa di zaman kiwari, saat orang -orang makin tak peduli pada sesama manusia di sekitarnya.
Akhirul Kalam
Gentong air depan rumah memang makin punah. Di kebanyakan wilayah, ia sudah berubah jadi "gentong plastik" atau bahkan air minum dalam kemasan.
Perkembangan zaman memang sepertinya semakin tidak memungkinkan lagi orang-orang menaruh gentong air di depan rumah. Jalanan makin sempit. Lalu-lintas semakin padat. Orang usil makin banyak.Â