Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Artikel Utama

Haruskah Melarang PUBG, Gim Perang Sadis nan Laris?

25 Maret 2019   17:54 Diperbarui: 26 Maret 2019   11:28 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejujurnya, saya menilai ada gim-gim lain yang jauh lebih ngeri dibandingkan PUBG. Contohnya: Call of Duty, Grand Theft Auto. Visual kekerasan dalam video gim tersebut sangat ngeri, setidaknya dalam pandangan saya. Tambah lagi, GTA adalah gim dimana pemainnya menjadi tokoh jahat yang mencuri dan membunuh orang-orang, termasuk polisi.

Dalam salah satu misi Call of Duty, pemain bisa memerankan tokoh jahat yang memberondong orang di sebuah bandara. Terus terang, saya kesulitan memetik hikmah dari dua gim terakhir. Silakan menambah daftar gim ngeri yang patut diwaspadai di kolom komentar...

Usulan Saya:
1. MUI dan pemerintah (entah departemen apa saja yang terkait) perlu membaca referensi ilmiah secara seimbang. Sejatinya, dunia akademik pun terpecah ketika ditanya apakah gim kekerasan benar-benar berdampak negatif pada pemainnya.

2. Orang tua perlu cermat mendampingi dan mengawasi anak dan remaja yang bermain gim. Orang tua harus punya sikap ingin tahu: "Anakku main gim apa sih? Apa manfaat main gim ini?" Orang tua jangan cuek bebek dan menganggap ringan efek gim pada anak dan remaja yang secara emosional masih labil. Amati gim apa yang dimainkan anak di komputer dan ponsel mereka.

3. Aparat penegak hukum perlu menertibkan pengusaha warnet dan tempat bermain gim daring yang masih membiarkan anak-anak kecil bermain gim kekerasan. Di sisi lain, pengusaha game center harusnya tidak cuma mengejar untung dengan sembarangan membiarkan anak kecil bermain berjam-jam, apalagi bermain gim yang tak sesuai umur mereka.

4. Wacana olahraga elektronik (e-sports) yang katanya hendak dijadikan kurikulum perlu dibahas dengan cermat. Akan sangat mengerikan bila pendidikan kita nantinya "mengesahkan" gim kekerasan untuk pemain dewasa sebagai materi ajar anak-anak kecil. 

5. Komunitas pemain dan atlet e-sports Indonesia hendaknya menyumbang saran bagi pemerintah dan lembaga agama semacam MUI. Di satu sisi, kita ingin mengembangkan olahraga elektronik di Indonesia. 

Saat ini, PUBG menjadi sumber pendapatan bagi banyak pegiat gim Indonesia. Jika PUBG diharamkan dan atau dilarang total, apa reaksi mereka? Apa solusi yang adil? Sekali lagi, saya hanya mengajukan pertanyaan kritis. Apa pun keputusan MUI dan pemerintah, saya akan sangat menghormati. Saya paham betul, agama manapun tentu mengajarkan agar penganutnya mencari rezeki halal. Dalam hal ini, saya yang bukan muslim sangat sepakat.

Di sisi lain, jangan sampai niat baik ini menjerumuskan anak-anak dan remaja untuk makin terpaku pada layar dan lupa bersosialisasi di dunia nyata, lupa belajar, lupa beribadah, lupa waktu, bahkan lupa pulang ke rumah gegara main PUBG dan kawan-kawannya...

6. Jangan lupa, PUBG dilarang di beberapa negara bagian di India dan juga di Cina. Tentu ada alasan kuat di balik keputusan ini. Sila memelajari sendiri gejala ini. Ada sembilan game yang dilaporkan diblokir di China:
League of Legends, Overwatch, Diablo, World of Warcraft, PUBG, Fortnite, H1Z1, Ring of Elysium, dan Paladins.

Dilaporkan, pemuka agama di negara bagian Negeri Sembilan, Malaysia juga ingin agar gim kekerasan dilarang. Pendapat ini ditanggapi oleh Menteri Olahraga yang mengatakan bahwa e-sport bukan selalu hal buruk. Situasi ini mirip dengan yang sedang hangat dibincangkan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun