Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

3 Fakta Greta, Calon Penerima Nobel yang Suka Mogok Sekolah

19 Maret 2019   15:51 Diperbarui: 19 Maret 2019   21:32 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Greta Eleonora Thunberg Ernman. Catat baik-baik nama gadis Swedia ini. Greta lahir 3 Januari 2003. Usianya baru 16 tahun, namun kiprahnya membuat orang terkagum-kagum.

Berikut ini 3 fakta unik Greta Thunberg:

Pertama, pencetus "mogok sekolah untuk iklim"

Pada Agustus 2018, Greta yang masih berusia 15 tahun memutuskan untuk mogok sekolah. Ia memilih duduk diam di tangga gedung parlemen Swedia selama tiga minggu dan menuntut pemerintah berbuat lebih banyak untuk mengatasi perubahan iklim. 

Michael Campanella/The Guardian
Michael Campanella/The Guardian
Ia sedih karena menyadari fakta bahwa negerinya, Swedia, telah mengalami dampak buruk perubahan iklim. Swedia baru-baru ini dilanda gelombang panas dan kebakaran hutan di musim panas yang mencatat suhu paling panas dalam catatan sejarah sejak 262 tahun lalu. Sekadar informasi, Swedia terletak di Eropa Utara yang seharusnya bersuhu dingin.

"Aku melakukan (protes) ini karena orang-orang tidak melakukan apa pun. Ini kewajiban moralku untuk melakukan apa yang bisa aku lakukan. Aku ingin politisi mengutamakan isu iklim dan menjadikan isu iklim ini sebagai suatu krisis yang harus segera diatasi," tuturnya dalam bahasa Inggris yang lancar.

Pada September tahun yang sama, dia melanjutkan upayanya. Kali ini ia melakukannya setiap hari Jumat, menurut situs web FridaysForFuture.

Slogan yang ia serukan adalah "Skolstrejk for Klimatet". Artinya, mogok sekolah demi iklim. 

Aksi mogok sekolah demi iklim yang dicetuskan Greta mendapat perhatian media massa. Greta memanfaatkan ketenarannya untuk menggalang aksi bersama pemuda di seluruh dunia. Ia sukses mengajak para muda-mudi untuk berpartisipasi dalam mogok sekolah sedunia pada 15 Maret 2019. Ribuan siswa di 120 negara terlibat aksi  Global School Strike ini. Thunberg sendiri memimpin aksi di depan gedung parlemen Swedia di Stockholm.

Tentu saja, mogok sekolah ini mereka lakukan demi mendesak para pemimpin dunia agar lebih serius memikirkan upaya penanggulangan perubahan iklim akibat  kesalahan manusia. Para pemuda-pemudi pecinta bumi ini menginginkan agar pemimpin dunia memikirkan cara pembangunan yang berkelanjutan dan peduli lingkungan. 

Kedua, penderita sindrom Asperger

Banyak yang tidak tahu bahwa Greta adalah penderita sindrom Asperger. Ia sendiri yang mengungkapkan hal ini saat diundang menjadi pembicara di forum TEDx Talk. Penderita sindrom Asperger biasanya mengalami kesulitan untuk bergaul. Akan tetapi, penderita sindrom ini biasanya punya minat khusus yang ia perjuangkan dengan gigih. 

Saat berusia 11 tahun, beberapa tahun setelah ia memelajari konsep perubahan iklim untuk pertama kalinya, Greta mengalami depresi dan jatuh sakit. "Aku berhenti bicara. Aku tak doyan makan. Dalam dua bulan, berat badanku turun 10 kilogram. Lantas aku didiagnosa sebagai penderita sindrom Asperger, OCD (obsessive compulsive disorder), dan mutisme selektif. Artinya, aku bicara hanya saat aku pikir aku perlu bicara."

Simak kisah hidup dan ide-ide brilian Greta untuk pelestarian bumi dalam video berikut:

Ketiga, punya leluhur peraih Nobel

Ibu Greta adalah Malena Ernman, seorang penyanyi opera. Ayah Greta adalah Svante Thunberg, seorang aktor. Kakek Greta adalah Olof Thunberg, aktor dan sutradara ternama di Swedia.

Yang menarik, Svante Arrhenius, salah seorang leluhur Greta dari keluarga ayahnya rupanya pernah meraih Nobel. 

Arrhenius adalah seorang ahli kimia dan fisika yang meraih Nobel di bidang kimia pada tahun 1903. Ia dikenal sebagai penemu banyak hal penting, termasuk konsep bahwa peningkatan karbon dioksida di atmosfer akan meningkatkan suhu bumi. Penelitian Arrhenius ini lantas akan menjadi cikal-bakal konsep bahwa karbon dioksida yang dihasilkan aktivitas manusia akan menyebabkan pemanasan global.

Kita nantikan, apakah Greta akan juga meraih Nobel pada Oktober nanti. Jika iya, Greta kemungkinan akan menjadi peraih Nobel termuda dalam sejarah, "mengalahkan" Malala Yousafzai, peraih Nobel 2014, seorang remaja berusia 17 tahun dari Pakistan yang memperjuangkan hak-hak sipil dan hak pendidikan anak muda di negerinya. 

Ikuti Greta di Twitter @Greta Thunberg dan facebook.com/gretathunbergsweden

Simak aneka tulisan saya mengenai lingkungan:

7 Cara Puasa Plastik Sekali Pakai

Sindrom Nimby di Balik Bencana Banjir dan Sampah

Sumber:

heavy.com

theguardian.com

commondreams.org

tempo.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun