Saya turut berduka bersama seluruh masyarakat dunia atas tragedi penembakan di dua masjid di New Zealand beberapa jam lalu.
Dikabarkan ABC News Australia, dua orang menembaki secara brutal jemaah di dua masjid di kala salat Jumat. Penembakan pertama terjadi di Masjid Al Noor, pusat kota Christchurch, menewaskan 41 orang. Penembakan kedua terjadi di pinggiran Linwood, menewaskan 7 orang.
20 orang terluka. Ada pula korban yang keadaannya kritis.Â
Dua korban luka orang Indonesia
Kementerian Luar Negeri telah mengkonfirmasi, dua orang WNI menjadi korban luka. Mereka adalah bapak dan anak yang sedang beribadah di salah satu masjid.
Kita doakan agar para korban meninggal diterima dalam kebahagiaan abadi dan korban luka segera pulih.
Jangan sebar ujaran kebencian dan video serangan
Amat disayangkan, banyak orang justru membagikan video serangan tersebut di medsos. Salah satu pelaku memang merekam dan menayangkan aksinya secara langsung di akun Facebooknya.
Lebih miris lagi, banyak orang tidak sadar, menyebarkan video dan mengomentari secara tidak bijaksana video serangan tersebut justru membantu para pelaku mencapai tujuan mereka, yaitu menyebarkan kebencian.
Saya sepakat, ini aksi brutal. Saya pun sempat melihat 2 menit rekaman video serangan tersebut, namun segera saya laporkan ke pengelola agar diblokir.
Tak tega melihat korban tak bersalah yang sedang beribadah diberondong peluru.
Saya mohon dengan sangat, para selebriti, selebgram, tokoh publik, pemuka agama, semua warga agar tidak menyebarkan dan mengomentari video serangan ini secara berlebihan.
Tak perlu menggiring tragedi ini untuk menggelorakan kebencian terhadap ras tertentu, agama tertentu, negara tertentu.Â
Saya sebagai orang Katolik tahu rasanya kehilangan saudara-saudari seiman dalam tragedi serangan bom, antara lain, di Surabaya beberapa waktu lalu.
Sebagai manusia biasa, saya pun marah, mengapa saudara-saudari saya yang sedang beribadah di gereja justru dibunuh dan dilukai.
Tapi, saya sadar, para pelaku serangan semacam itu bukan mewakili agama tertentu. Para pelaku adalah orang yang telah keliru memahami ajaran agama. Yang keliru bukan agamanya, tapi cara oknum terkait menafsirkan agama.
Lebih lagi, saya sadar, menyebarkan komentar berlebihan justru akan memuluskan tujuan oknum berpikiran picik itu untuk memecah belah kesatuan kita sebagai bangsa.
Solidaritas, wajah asli New Zealand
Jangan kaitkan serangan biadab oknum teroris di New Zealand dengan kebencian massal terhadap kaum muslim di sana.
Justru New Zealand dikenal sebagai negara yang ramah pada pendatang dari berbagai latar belakang.
Setelah serangan terjadi, seorang pria warga lokal datang ke masjid. Ia membawa bunga sebagai tanda belasungkawa. Ia bilang, ia belum pernah masuk kompleks masjid sebelumnya. Ia tak tega saat mengetahui tragedi di masjid di kotanya. Pria tulus ini adalah wajah sebenarnya warga New Zealand, bukan oknum teroris yang otaknya sudah penuh kebencian terhadap "yang berbeda" dengan mereka.
Australia lindungi masjid dan komunitas muslim
Kepolisian Australia segera menanggapi insiden penembakan di New Zealand. Pemerintah Australia sadar, salah satu pelaku adalah warga Australia. Ada kemungkinan, bisa terjadi aksi serupa terhadap komunitas muslim di Australia. Karena itu, kepolisian Australia menjaga ketat masjid dan kegiatan komunitas muslim di Australia.
Wasana kata
Mari kita jaga persaudaraan kita. Jelang Pilpres nanti, makin banyak potensi konflik besar maupun kecil di dunia nyata maupun maya.
Tragedi penembakan di dua masjid di Selandia Baru hendaknya kita sikapi dengan bijaksana.Â
Berhentilah menulis komentar yang alih-alih menunjukkan solidaritas, justru memuat ujaran kebencian. Ini yang dinanti-nantikan oknum pemecah belah bangsa, yang ingin NKRI runtuh dan Pancasila serta UUD 1945 kehilangan rohnya.
Sumber:
abc.net.au
internasional.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H