[Bagian kedua-lanjutan dari artikel ini]
Ilmu itu bagai minuman ajaib. Semakin kamu membagikannya, gelasmu justru semakin melimpah.
Berangkat dari keyakinan bahwa berbagi kebaikan itu selalu baik, saya ingin berbagi pengalaman saya dalam menulis artikel. Setiap penulis punya gaya dan trik sendiri. Yang saya tulis ini mungkin tak cocok dengan pendapat dan gaya Anda. Tak mengapa. Tulisan ini akan membahas bagaimana  menulis artikel di Kompasiana, terutama artikel opini, yang enak dibaca. Harapannya, makin enak dibaca, makin besar peluang artikel itu dipilih Kompasiana ^_^.Â
Salah satu Kompasianer yang juga jago bahasa Inggris, saudari Elin Moevid mengapresiasi tulisan bagian pertama panduan menulis di Kompasiana bagi pemula. Ia bertanya, bagaimana membuat artikel opini enak dibaca dan ringkas seperti - ehem...ehem..- dua artikel saya. Artikel ini dan ini.Â
Ada tiga tips:
Pertama: buat kerangka tulisan setelah membaca aneka sumber
Langkah pertama adalah membuat kerangka artikel setelah membaca aneka sumber. Padukanlah minimal dua atau tiga sumber agar tulisan Anda berbobot. Jangan puas dengan menyajikan satu pendapat yang sudah banyak dikatakan dan ditulis orang. Coba baca rujukan dalam bahasa asing (yang kemungkinan memuat hal-hal baru yang belum pernah dipublikasi dalam bahasa kita).
Cara paling mudah adalah mengelompokkan ide ke dalam "angka", misalnya: "Lima Langkah; Tujuh Cara; Tiga Hal"
- Lima Langkah agar Mertua Suka pada Anda
- Tujuh Cara Menghemat Listrik di Rumah Anda
- Tiga Hal Unik yang Belum Anda Ketahui tentang Jogja
Setelah membuat "kerangka angka", Anda tinggal mengisi kerangka itu dengan penjelasan berdasarkan data, pustaka serta pendapat Anda.
Kedua: menulis seringkas mungkin
Saya sendiri sering keasyikan menulis berpanjang-panjang. Padahal saya tahu bahwa tulisan untuk blog tak boleh panjang-panjang.
Tulisan yang baik di blog, antara lain, adalah artikel dengan jumlah kata sekitar 600-1100 kata (jangan kaku ya, penulis handal bisa menulis lebih dan tetap menarik pembaca; puisi, berita, dan humor bisa sangat pendek). Maklumlah, kita hidup di zaman instan. Orang tak lagi tahan membaca artikel panjang.Â
Tulisan ringkas mengandung tiga hal:
- kalimat ringkas
- paragraf ringkas
- alur gagasan yang jelas
- Kalimat ringkas dihasilkan dengan, antara lain, memastikan bahwa dalam satu kalimat itu hanya ada satu ide. Kalau ada dua ide, buat kalimat baru.
Misalnya:
kalimat panjang: "Warganet kita suka menyebar video bunuh diri untuk meningkatkan traffic saluran Youtube milik mereka dan hal ini semata mereka lakukan untuk mencari keuntungan saja."
kalimat ringkas:
- Warganet kita suka menyebar video bunuh diri untuk menaikkan traffic kanal Youtube mereka.
- Mirisnya, ini mereka lakukan hanya untuk mencari untung.
Semakin ringkas kalimat, semakin enak dibaca, bukan?Â
- Paragraf ringkas dihasilkan dengan memastikan bahwa dalam satu paragraf, hanya ada maksimal tiga atau empat kalimat.
Jika paragraf yang Anda tulis terlalu panjang, coba potong beberapa kata yang bersinonim atau bagian yang terlalu bertele-tele.
Jika masih terlalu panjang, artinya Anda harus memisahkan paragraf itu jadi dua paragraf.
- Alur gagasan yang jelas dihasilkan dengan banyak membaca dan berlatih menulis. Alur gagasan tampak dalam kemahiran kita menyusun suatu tulisan dan paragraf dengan rangkaian logika yang runtut. Â
- deduktif: Inti gagasan atau kesimpulan ada di awal tulisan atau paragraf
- induktif: Inti gagasan atau kesimpulan ada di akhir tulisan atau paragraf
Ketiga: buat artikel Anda "hidup"
Ada tiga cara untuk membuat tulisan Anda "hidup":
- Pertama, kaitkan tema tulisan dengan kenyataan hidup sehari-hari
Misalnya, tema tulisan Anda adalah melawan berita bohong. Kaitkan tema itu dengan pengalaman Anda mengenali ciri-ciri berita bohong. Mungkin Anda sendiri atau saudara Anda pernah jadi korban? Bagaimana cara memeriksa berita itu hoaks?
Baca artikel ini.Â
Tulislah tema-tema yang sedang viral, ngetren, dan sedang jadi bahan obrolan di rumah, kantor, sekolah, warung angkringan dan kedai kopi. Tapi, coba lihat gejala itu dengan sudut pandang beragam: agama, psikologi, hukum, seni, ekonomi, dll.Â
Pastikan tulisan Anda berguna bagi pembaca.Â
- Kedua, pakai bahasa yang sederhana
Kecerdasan seseorang, menurut saya, dilihat bukan dari banyaknya istilah rumit (bahasa asing) yang ia umbar dalam ceramah dan tulisan.
Kecerdasan seseorang justru tampak saat ia mampu menjelaskan hal sulit dengan bahasa sederhana.
Ketika menulis, saya membayangkan bahwa tulisan ini akan dibaca juga oleh para penulis pemula dan pembaca yang -maaf, bukannya mau merendahkan- tidak mengenyam pendidikan tinggi.
Maka, saya tidak menggunakan istilah rumit yang saya sendiri saja bingung apa artinya..hehehe..
Nggak perlu nginggris, kata seorang pegiat bahasa Indonesia. Pakai kata-kata yang dekat dengan bahasa sehari-hari alias "gaul" tapi tetap memperhatikan aturan bahasa.
- Ketiga, buat subjudul
Coba lihat contoh artikel-artikel saya di sini dan di sini (maaf...saya narsis, egois, dan sombong tingkat dewa ini...):
Selalu ada subjudul dalam kedua artikel di atas. Tujuannya agar pembaca terbantu memahami bagian demi bagian tulisan. Usul saya, jangan biarkan artikel Anda berparagraf-paragraf tanpa diberi subjudul.Â
Sila bertanya dan berbagi ilmu dalam kolom komentar. Semoga lain kali saya bisa berbagi lagi seputar panduan bagi pemula di Kompasiana. Yang saya rencanakan:
- tips menembus Artikel Utama Kompasiana
- tips membuat judul menarik
- Â tips membuat artikel berseri
Ada usulan, pertanyaan, permintaan tulisan? Salam cerdas.
Hai hai...ada bagian ketiga lho:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H