Banyak yang kurang paham arti penting pertemuan Paus Fransiskus dengan Dunia Arab yang baru saja terlaksana pada awal Februari 2019 di Uni Emirat Arab. Kunjungan Paus Fransiskus ini adalah kunjungan pertama seorang pemimpin Gereja Katolik ke Semenanjung Arab, tempat kelahiran Islam.
Menurut statistik terakhir, umat Kristiani dan Islam seluruhnya, termasuk berbagai macam denominasi yang berafiliasi di bawah nama Kristen dan Islam, bersama-sama membentuk lebih dari setengah keseluruhan populasi dunia (7 miliar).
Umat Kristiani berjumlah 2,2 miliar (32.5 persen dari keseluruhan populasi dunia). Umat Islam berjumlah 1,5 miliar (21,5 persen dari keseluruhan populasi dunia). Artinya, kedua-duanya berjumlah total sebanyak 3,7 miliar orang dari 7 miliar penduduk dunia saat ini.
Paus Fransiskus yang sudah cukup lama bersahabat kental dengan Imam Besar al-Azhar, Ahmad al-Tayyib, dalam pertemuan lintas agama di Masjid Founder's Memorial di Abu Dhabi dan di hadapan petinggi UAE serta wakil-wakil dunia Islam dan Katolik, menandatangani sebuah deklarasi dan dokumen bersama tentang Persaudaraan Manusia Universal demi kerukunan dan perdamaian manusia sejagad.
Paus dalam kesempatan itu juga berjabat tangan dengan tokoh-tokoh muslim, termasuk ulama dan pakar tafsir Al-Quran asal Indonesia Quraish Shihab.
Sebagian pengantar dokumen
Iman membawa seorang beriman untuk melihat dalam diri orang lain saudara atau saudari yang pantas dibantu dan dicintai. Melalui iman pada Tuhan, yang telah menciptakan dunia semesta, semua makhluk dan manusia, orang-orang beriman dipanggil untuk mengungkapkan persaudaraan manusiawi ini dengan menjaga seluruh alam ciptaan dan seluruh semesta dan menolong semua orang, terutama yang paling miskin dan membutuhkan.
 Kutipan sebagian isi dokumen
Demi nama Tuhan yang telah menciptakan semua manusia sederajat dalam hak, kewajiban dan martabat, dan yang telah memanggil semua manusia untuk hidup bersama sebagai saudara dan saudari, untuk mendiami dunia dan memperkenalkan nilai kebaikan, cinta, dan damai;
Atas nama manusia tak bersalah yang dilarang oleh Tuhan untuk dibunuh, dengan mengukuhkan bahwa siapa pun yang membunuh seorang manusia sama saja membunuh seluruh kemanusiaan dan bahwa siapa pun yang menyelamatkan seorang manusia berarti menyelamatkan seluruh kemanusiaan;
Atas nama kaum miskin, kaum tersingkir, yang kepada mereka Tuhan telah memerintahkan kita (terutama yang kaya dan berkecukupan) untuk menolong;
Atas nama yatim-piatu, janda, pengungsi, dan orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah dan negara mereka; atas nama semua korban perang, persekusi, dan ketidakadilan; atas nama kaum lemah, mereka yang hidup dalam ketakutan, tawanan perang dan orang yang disiksa di seluruh dunia;
Atas nama persaudaraan manusiawi yang mencakup semua manusia
Atas nama keadilan dan belas kasih, dasar-dasar kesejahteraan dan batu penjuru iman;
Atas nama semua orang yang berkehendak baik di mana pun berada di seluruh dunia;
Demi nama Tuhan dan semua saja yang telah disebutkan di atas; Al-Azhar al-Sharif dan Kaum Muslim Timur dan Barat, bersama dengan Gereja Katolik dan Katolik Timur dan Barat, menyatakan pengadopsian budaya dialog sebagai jalan keluar, kerja sama mutual sebagai kode perilaku, saling memahami sebagai metode dan standar.
Kami, yang percaya pada Tuhan dan pada penghakiman terakhir di hadapan-Nya...mendesak kami sendiri, para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan internasional dan ekonomi dunia, untuk bekerja keras untuk menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai; untuk mengintervensi seawal mungkin untuk mencegah tumpahnya darah orang tak bersalah dan untuk mengakhiri perang, konflik, kerusakan lingkungan dan kemerosotan moral dan kultural yang sedang dialami dunia saat ini.
Kami mengundang para pemikir, filsuf, pemuka agama, pekerja seni, wartawan, semua pria dan wanita di seluruh dunia untuk menemukan kembali nilai-nilai kedamaian, keadilan, kebaikan, keindahan, persaudaraan manusiawi, dan hidup bersama.
Mari praktikkan persaudaraan di lingkungan kita!
Hemat saya, kita semua harus melibatkan diri untuk menciptakan dan memelihara persaudaraan di lingkungan kita. Pilihan politik boleh beda, toh kita sama-sama manusia yang hidup di tanah air yang sama. Mengapa pertemanan dan persaudaraan harus renggang atau putus hanya gegara beda pilihan, beda agama, beda suku dan ras?
Susah payah pendiri negara dan pahlawan kemerdekaan memperjuangkan tegaknya kemerdekaan, Pancasila, dan UUD 1945. Masak kita bertengkar sendiri untuk mengisi kemerdekaan ini? Â
Saya menulis beberapa artikel di Kompasiana tentang praktik kerukunan dan toleransi di akar rumput. Saya yakin, di akar rumput saudara-saudari pembaca dan warga Kompasiana, praktik persaudaraan itu terus berkembang. Mari terus kobarkan semangat persaudaraan. Â mari kita ingat, ketika semua atribut (SARA, gelar, pilihan politik, dll.) kita tanggalkan, pada akhirnya saya dan Anda sekalian adalah sama-sama manusia ciptaan Sang Maha Cinta. Salam Indonesia bersaudara.
- Rujukan :Â
- http://w2.vatican.va/content/francesco/en/travels/2019/outside/documents/papa-francesco_20190204_documento-fratellanza-umana.html
- https://internasional.kompas.com/read/2019/02/07/07000071/vatikan-dan-dunia-arab-sepakat-berhenti-membawa-bawa-tuhan-dan-agama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H