Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paus Fransiskus: Demi Nama Tuhan, Stop Kekerasan!

11 Februari 2019   11:58 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus (dua dari kiri) bersama Imam Besar Al Azhar Dr Ahmed At-Tayyeb (tiga dari kiri) saat menandatangani dokumen Deklarasi Abu Dhabi, Senin (4/2/2019), disaksikan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (kanan), perdana menteri sekaligus wakil presiden Uni Emirat Arab.(UAE GOVERNMENT)

Atas nama semua orang yang berkehendak baik di mana pun berada di seluruh dunia;

Demi nama Tuhan dan semua saja yang telah disebutkan di atas; Al-Azhar al-Sharif dan Kaum Muslim Timur dan Barat, bersama dengan Gereja Katolik dan Katolik Timur dan Barat, menyatakan pengadopsian budaya dialog sebagai jalan keluar, kerja sama mutual sebagai kode perilaku, saling memahami sebagai metode dan standar.

Kami, yang percaya pada Tuhan dan pada penghakiman terakhir di hadapan-Nya...mendesak kami sendiri, para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan internasional dan ekonomi dunia, untuk bekerja keras untuk menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai; untuk mengintervensi seawal mungkin untuk mencegah tumpahnya darah orang tak bersalah dan untuk mengakhiri perang, konflik, kerusakan lingkungan dan kemerosotan moral dan kultural yang sedang dialami dunia saat ini.

Kami mengundang para pemikir, filsuf, pemuka agama, pekerja seni, wartawan, semua pria dan wanita di seluruh dunia untuk menemukan kembali nilai-nilai kedamaian, keadilan, kebaikan, keindahan, persaudaraan manusiawi, dan hidup bersama.

Mari praktikkan persaudaraan di lingkungan kita!

Hemat saya, kita semua harus melibatkan diri untuk menciptakan dan memelihara persaudaraan di lingkungan kita. Pilihan politik boleh beda, toh kita sama-sama manusia yang hidup di tanah air yang sama. Mengapa pertemanan dan persaudaraan harus renggang atau putus hanya gegara beda pilihan, beda agama, beda suku dan ras?

Susah payah pendiri negara dan pahlawan kemerdekaan memperjuangkan tegaknya kemerdekaan, Pancasila, dan UUD 1945. Masak kita bertengkar sendiri untuk mengisi kemerdekaan ini?  

Saya menulis beberapa artikel di Kompasiana tentang praktik kerukunan dan toleransi di akar rumput. Saya yakin, di akar rumput saudara-saudari pembaca dan warga Kompasiana, praktik persaudaraan itu terus berkembang. Mari terus kobarkan semangat persaudaraan.  mari kita ingat, ketika semua atribut (SARA, gelar, pilihan politik, dll.) kita tanggalkan, pada akhirnya saya dan Anda sekalian adalah sama-sama manusia ciptaan Sang Maha Cinta. Salam Indonesia bersaudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun