Pastor Magnis Suseno SJ dikenal sebagai tokoh yang menggaungkan prinsip minus malum ini di Indonesia. "Prinsip "minus malum" sebagai landasan pemilih dalam demokrasi elektoral sudah populer sejak Pilpres 2014 silam. Saat itu Magnis Suseno yang mengatakannya. Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik melainkan mencegah yang terburuk berkuasa (Tribunnews.com, 05/03/2018).Â
Implikasi untuk Pemilu 2019
Dalam setiap Pemilu, sangat langka ada kandidat yang sempurna. Pun dalam Pilpres 2019 ini. Paslon nomor urut 01 dan 02 punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.Â
Calon pemilih pun bisa saja suka Capres X, tapi ragu memilih karena ia berduet dengan Cawapres Z. Bisa juga sebaliknya. Bisa jadi Paslon N dan M sama-sama lemah di bidang HAM, tapi toh kadar kelemahan setiap paslon juga berbeda.Â
Dalam dilema semacam ini, hendaknya prinsip "minus malum" kita gunakan. Pertimbangkan baik-baik semua kandidat. Kalau memang semua ada kelemahannya, ya pilih yang kelemahannya paling sedikit. Sederhana saja, bukan?Â
Memang, golput adalah hak dan memang tak langgar hukum. Akan tetapi, mengapa "harus" golput kalau ada prinsip moral lain yang masih bisa kita terapkan demi kebaikan demokrasi kita?Â
Kalau bingung dan ragu, jangan golput. Pilih saja (pasangan) kandidat yang  paling sedikit jeleknya berdasarkan penilaian akal dan hati nurani Anda. Mudah sekali, bukan? -tamat-
http://www.tribunnews.com/regional/2018/05/21/partisipasi-warga-jateng-dalam-memilih-gubernur-cenderung-menurun.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/29/13581761/membaca-makna-golput.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H