Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

7 Alasan Hormati (dan Menjadi) Pejalan Kaki

22 Januari 2019   16:07 Diperbarui: 22 Januari 2019   16:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Italia dan Eropa Barat pada umumnya, masyarakat memperlakukan pejalan kaki sebagai raja. Beda sekali dengan perlakuan sebagian masyarakat terhadap pejalan kaki di Indonesia. Di Indonesia, susah sekali pejalan kaki menyeberang jalan. Di Italia, begitu melihat ada pejalan kaki yang siap menyeberang jalan, para pengemudi mobil dan motor perlahan mengerem. Pada jam sibuk sekalipun, pejalan kaki dapat menyeberang dengan nyaman.

Mengapa begitu? Sebagai renungan dan sumbang pemikiran di hari Pejalan Kaki Nasional, 22 Januari ini, perkenankan saya menyajikan tujuh alasan yang 1)membuat pejalan kaki (seharusnya) dihormati dan diberi fasilitas yang pantas dan juga 2) yang mengajak kita untuk menjadi pejalan kaki:

1. Pejalan kaki adalah pengguna jalan yang paling minim proteksi

Pengendara mobil setidaknya terlindung oleh bodi mobil dari hujan, panas, hawa dingin, dan bahaya tabrakan. Pengendara motor pun terlindung oleh helm dan bodi depan-belakang motornya, setidaknya dari kecelakaan ringan. Pejalan kaki tidak terlindungi oleh apa pun. Ia adalah pengguna jalan yang paling minim proteksi. Logikanya, yang kuat wajib secara moral melindungi yang lemah. Karena itu, pengendara mobil dan motor harus lindungi pejalan kaki. Setuju kan, Ferguso?

2. Pejalan kaki adalah pengguna jalan yang besar kemungkinan terbatas akses ekonominya

Memang tidak semua pejalan kaki miskin. Akan tetapi, orang yang tiap hari bepergian dengan mobil pribadi atau taksi jelas bukan orang paling miskin. Logikanya sederhana saja: berjalan kaki adalah cara paling murah untuk berpindah tempat. Tidak semua orang secara ekonomi mampu membeli mobil dan motor atau menyewa taksi dan ojek. Tidak semua orang mampu membeli tiket bus atau kereta. Kaum miskin dan yang berpenghasilan pas-pasan tentu hanya mampu berjalan kaki. Melindungi pejalan kaki sama halnya melindungi pengguna jalan yang besar kemungkinan terbatas akses ekonominya. Sepakatkah dirimu, Esmeralda?

3. Pejalan kaki adalah pahlawan lingkungan

Berjalan kaki menghasilkan nol emisi. Tak ada yang mampu mengalahkan pejalan kaki dalam hal menjadi pahlawan lingkungan hidup ini. Bahkan orang bersepeda pun masih kalah dari pejalan kaki karena sepeda pun bisa jadi rongsokan yang mencemari lingkungan. 

4. Pejalan kaki adalah pelaku gaya hidup sehat

Berjalan kaki adalah aktivitas fisik yang sangat menyehatkan. Sepengetahuan saya, jalan kaki tergolong aktivitas ritmik (bukan seperti sepakbola yang kadang diam, kadang lari cepat) yang amat baik untuk kesehatan jantung. Penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine tahun 2002 menemukan fakta bahwa orang yang berjalan 30 menit per hari atau melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama lima hari setiap minggunya memiliki risiko penyakit kardiovaskular 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak. Pejalan kaki adalah pelaku gaya hidup sehat. Mereka mengingatkan kita semua untuk juga ikut berjalan kaki demi kesehatan. Iya, khan Fernando?

5. Pejalan kaki adalah pahlawan pengurang kemacetan dan stres

Saya ambil contoh Jogja, kota tempat saya bertumbuh dewasa. Jogjaku kini tambah macet. Jalanan penuh mobil dan motor. Jogja dan kota-kota lain perlu para pejalan kaki yang menjadi pahlawan pengurang kemacetan dan polusi. Seandainya pejalan kaki semakin banyak, kemacetan akan berkurang. Karena itu perlu trotoar, fasilitas penyeberangan, jalur khusus difabel agar masyarakat makin senang berjalan kaki dan mau beralih dari motor dan mobil yang bikin macet dan stres. Setuju denganku, Marimar?

www.alamy.com
www.alamy.com
6. Pejalan kaki mempromosikan tegur-sapa dan kohesi masyarakat

Berkendara dengan mobil dan motor menyisakan sedikit kesempatan untuk bertegur-sapa dengan orang yang kita jumpai di jalan. Bayangkan apa yang terjadi bila Anda naik mobil, lalu membuka jendela dan berhahahihi dengan tetangga yang kebetulan berpapasan atau beriringan dengan Anda. 

Pengemudi mobil dan motor di belakang Anda pasti sudah sibuk mengklakson sambil mengeluarkan seisi kebun binatang! Beda halnya kalau Anda berjalan kaki. Anda bisa leluasa menyapa tetangga di jalan yang Anda lewati. 

Kalau sedang beruntung, bisa jadi tetangga menawari mampir ngopi sambil menikmati pisang goreng hangat. Hmmm...enak tenan. Bagi muda-mudi, jalan kaki juga bisa jadi sarana "tebar pesona" alias tepe-tepe pada cowok ganteng atau cewek cakep di lingkungan Anda. Coba saja sengaja sering-sering lewat di depan rumahnya, siapa tahu si dia akhirnya melirik dan tertarik. Uhuy...! (NB: ini bukan pengalaman pribadi saya loh..hehe).

Singkat kata, kesatuan dan kerukunan antarwarga pun makin kokoh bila makin banyak pejalan kaki. Setuju? Ada pengalaman unik soal ini?

www.amherst.edu
www.amherst.edu
7. Pejalan kaki memperkuat keamanan lingkungan.

Semakin banyak orang berlalu-lalang di lingkungan Anda, semakin banyak orang yang mengawasi lingkungan Anda. Pejalan kaki akan lebih cermat mengamati kejadian dan detail-detail kecil yang pasti akan luput dari pantauan pengendara mobil dan motor. Pejalan kaki bisa menemukan kunci, dompet, dan ponsel Anda yang tercecer. 

Pejalan kaki bisa melihat hewan peliharaan Anda yang lompat pagar. Pejalan kaki bisa melihat siapa yang mendatangi rumah Anda. Pejalan kaki lebih siap menolong Anda bila Anda terpeleset, jatuh dari motor, kecopetan, dan sebagainya. Pendek kata, semakin banyak pejalan kaki, semakin amanlah lingkungan Anda. Benar nggak, Mercedes?

Nah lo. Makin jelas kan alasan kenapa kita harus super hormat dan super melindungi pejalan kaki? Yuk jalan kaki. Yuk lindungi dan fasilitasi pejalan kaki. Salam Indonesia damai, cerdas, dan sehat. Sudahkah Anda jalan kaki hari ini? Saya sih belum karena di luar dingin..hehe.

Kota Abadi, 22-1-2019 Bobby Steven MSF

Sila baca artikel-artikel saya yang tidak menarik di: https://www.kompasiana.com/bobby18864.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun