Mohon tunggu...
Bobby Andhika
Bobby Andhika Mohon Tunggu... -

Profesional bisnis perkapalan, pecinta sejarah dan pemerhati masalah sosial. Pernah menduduki jabatan CEO di beberapa perusahaan perkapalan nasional dan internasional. Sekarang tinggal di Singapura.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pedagang Berdebat tentang Tuhan

6 Februari 2016   11:57 Diperbarui: 6 Februari 2016   12:35 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah ada 2 orang pedagang sedang berdebat kusir di sebuah warung kopi di pinggir jalan.

“Pokoknya aku tidak percaya kalau Tuhan itu ada!” salah satu diantara mereka yang terlihat lebih muda berkata dengan tegas. Sorot matanya seolah-olah menantang teman debat kusirnya untuk mematahkan pernyataannya.

Sayangnya, walaupun sang teman adalah orang yang percaya kalau Tuhan itu ada, sebagai pedagang yang sibuk, dia tidak memiliki ilmu ke-Tuhan-an yang cukup untuk mendebat pertanyaan “seberat” ini dan dia tidak punya banyak waktu untuk belajar.

“Bagaimana kalau Tuhan itu ada?” akhirnya dia menjawab sambil tersenyum.

“Maksud kamu?” sahut pedagang yang pertama sedikit kesal, didorong oleh semangat membara untuk berdebat yang mungkin datang dari pengaruh kopi kental yang telah habis diminumnya setengah.

“Iya, bagaimana kalau Tuhan itu ada?” sambutnya, “Kalau Tuhan itu tidak ada, aman, kita mati busuk jadi tanah, tulang kita jadi fosil selesai, tapi bagaimana kalau ternyata Tuhan itu ada?

Pedagang pertama sedikit terdiam, tapi sikap ngototnya kembali membara, “Tetap saya yakin Tuhan itu tidak ada!”

“Iya saya tidak punya kemampuan membantah kamu, saya cuma bertanya, bagaimana kalau ternyata Tuhan itu ada?”

“Kalau ternyata memang benar Tuhan itu tidak ada, mau sebelumnya percaya Tuhan atau tidak, tidak akan membuat saya untung atau rugi, saya toh sudah mati jadi tanah dan abu”

“Tetapi sebaliknya, kalau ternyata Tuhan itu ada, tentu saya relatif aman karena sebelumnya saya memilih untuk percaya, nah kamu yang tidak percaya, mau bilang apa sama Tuhan?”

Jakarta, 6 February 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun