Anjing itu sedang terseok-seok berjalan di pinggiran kota yang nampak tertata rapi oleh rimbunnya tumbuhan dan bunga. Ia sudah dua hari ini meringsek-ringsek tong sampah di setiap jalan kota Bajingan ini. Sepotong daging sisa tak ada ditemuinya. Jangankan daging, sayur saja hanya selembar. Itupun semut dan rayap berebut. Tak akruan
Berjalanlah anjing tersebut tanpa tujuan. Lapar. Hampir mati. Kali ini ia beranjak ke tengah kota Bajingan. Anjing berkulit coklat itu memandang cantiknya gedung-gedung tinggi. Di pinggir jalan nampak riuh sekelompok manusia berambut panjang berjalan. Menggenggam benda kotak dan beberapa kali nampak tersenyum, mengangkat kotak itu ke atas sembari membentuk huruf V dengan kedua jarinya.
Di sisi lain ia melihat kumpulan manusia juga dengan badan tegak. Sibuk melihat sesuatu yang mereka tancapkan di pergelangan tangannya dan tampak pula mereka tergesa-gesa. Tak menghiraukan apapun. Pastinya, juga dirinya yang nampak lesuh dan tanpa harapan.
Anjing itupun mendekati manusia-manusia itu. Ia mengendus ke bagian kaki mereka. Berharap ada perhatian yang diberikan padanya.
Endusan terssebut terbukti berhasil. Salah satu manusia beramput panjang mengajaknya untuk menatap benda kotak itu. Manusia itu tersenyum menunjukan putih giginya dan manis senyumnya. Sementara anjing itu hanya terdiam memelas.
Tak ada makanan yang diberikan. Manusia itu malah sibuk merogoh-rogoh tas berlambang centangnya.
Anjing pikir manusia itu akan memberinya sepotong daging atau setidaknya tulang di dalam tas berlambang centang itu. Namun, sial. Bukan sepotong daging yang ia keluarkan dari tas  bertuliskan 'nike' itu. Tapi penutup kepala dengan lambang bergaris tiga di bawahnya bertuliskan 'adidas'. Ia kenakan tutup kepala itu. Tersenyum dan mengajaknya menatap benda kotak itu lagi.
"Ayo say cheese!" ucapnya. "Nah ini bagus,"imbuh manusia itu sambil memencet benda kotak itu dan menghiraukan anjing yang menatapnya penuh harapan.
"Fak aku butuh makananmu. Jangan hanya tersenyum," kata anjing mengumpat dalam hati.
Tak menyerah. Ia kembali berjalan. Amarahnya membuat rasa lapar dua hari menjadi tak terasa. Ia berjalan seratus meter dari tempatnya bertemu manusia brengsek itu.
Bertemulah ia dengan manusia lagi. Kali ini sosok manusia itu berambut bob berkacamata, Terlihat ramah pikirnya. Nampak kalem dan lembut raut wajahnya. Anjing optimis manusia berambut bob itu bakal memberikan ia makanan. Anjing itu pun memasang muka melas semelasnya. Bulu-bulunya yang lusuh dan badan kurusnya itu ia harap mampu menyempurnakan kesan melasnya.