Segunung jelaga bukan jerih laga sebenarnya
Imbas yang terempas perjalanan panjang
Di antara debudebu menyeruak dengan pejam mata
Gemetar melapar diri dengan mulut kering
Aku menggantang asa pada sosok aku bergantung
Tapi pupus, selebihnya gertak tak tuntas
Aku keburu murka, bukan pecundang, tapi hilang selera
stimulan yang menggunduk buyar oleh bandang sekejap
tumbang menimbun janji melupa terimpasi
dalam sendiri berdiri puing, dari padri terguling
kurun yang hilang riuh tinggalkan gelanggang
kembali membekas sisasisa mimpi meretas
sampaikah aku pada pencapaian akhir
melepas sauh merebah pada dermaga jingga
atau akan terus menguliti mimpi atau mengupas asa
terhempas atau memapas saat mengejan puisi
tembiang menghunjam jantung darah mengucur dan menjulur hingga memuara
tak sempat berkelit, berbelit kata saat mengungkit janji
aku tersadar, pada pendar lagi
aku sulit menampik, akan pelik jika menghardik
kesungguhan ini akan ada
beredar masa kapan menjadi lusa akan membusa?
Lalu urung berpantang
Terlanjur terbentang
Menantang
Untuk kembali pulang
Mahbub Junaedi
Bumiayu, 14 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H