Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inovasi Kunci Menjadi Bangsa Pemenang

5 Desember 2017   09:35 Diperbarui: 6 Desember 2017   17:06 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perbedaan litbang vs inovasi

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia sedang bersaing dengan bangsa lain untuk itu harus terbuka dan berani berinovasi untuk menjadi bangsa pemenang. 

Itulah yang di sampaikan oleh Presiden pada Kovensi Nasional Indonesia Berkemajuan di Jogyakarta pada tanggal  23 Mei 2016. Seharusnya pidato tersebut menjadi wake-up call untuk beberapa kementerian dan lembaga untuk tidak lagi business-as-usual, tapi sayangnya himbauan Presiden tersebut tidak gayung bersambut. 

Presiden menyadari sekali bahwa hanya melalui tantangan inovasi sebuah bangsa menjadi bangsa besar atau bangsa Pemenang. Hal sama juga di sampaikan oleh Bapak Pendiri Bangsa, Soekarno pada tahun 1958 ketika bangsa ini baru 13 tahun merdeka bahwa Untuk menjadi bangsa besar Indonesia harus menguasai Nuklir dan Antariksa.

Mengapa Nuklir dan Antariksa ? Karena Nuklir dan Antariksa adalah teknologi termaju pada tahun 50'an dan Soekarno sadar bahwa Bangsa yang baru lahir ini harus di berikan tantangan inovasi teknologi.

Pidato monumental Presiden Kennedy pada saat peluncuran Apollo 11 yang membawa Niel Amstrong ke mendarat di Bulan "Kami memilih untuk pergi ke Bulan dalam dekade ini dan melakukan hal-hal lainnya bukan karena mudah tetapi karena sulit" 

"Bukan karena mudah tapi karena sulit" Dari pidato ini jelas bahwa pergi ke bulan tidak memberikan manfaat ekonomi tetapi memberikan sebuah bangsa tantangan untuk menjadi bangsa besar dan bangsa pemenang.

Dari statement, Presiden Soekarno, Presiden Jokowi dan Presiden Kennedy jelas bahwa kunci menjadi bangsa besar adalah "BERANI MENERIMA TANTANGAN"  --Bila sebuah negara hanya melakukan yang mudah-mudah tanpa tantangan maka bangsa tersebut hanya menjadi bangsa pengikut atau bangsa pencundang.

Bagi Indonesia tantangan yang bermanfaat adalah tantangan inovasi.

Inovasi memiliki beberapa aspek : a) tantangan solusi untuk sebuah kebutuhan b) sesuatu yang baru c) keberanian d) keekonomian e) industrilisasi

Korelasi inovasi dengan pertumbuhan ekonomi

Pada kenyataan nya memang Inovasi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam sebuah studi di Inggris, Inovasi memberikan kontribusi 63% terhadap pertumbuhan PDB sementara di Amerika Inovasi berkontribusi 50% terhadap PDB. Artinya bertambah tinggi indeks inovasi sebuah negara bertambah tinggi pula PDB per kapita negara tersebut. [1][2]

Berdasarkan Global Innovation Index, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand  dan Philipine dan kenyataannya bahwa PDB per kapita Indonesia memang jauh di bawah negara-negara tersebut.[3]

Peringkat Indonesia jatuh dari posisi 85 pada 2013 menjadi 88 pada tahun 2016 jauh di bawah Singapura No 6, Malaysia No 35, Thailand No 52, Vietnam No 59, Philipine no 74. Bila di lihat maka urutan index inovasi tersebut berbanding lurus dengan urutan besaran PDB per kapita  -- Indonesia yang paling buncit dari semua sisi.

Global Innovation Index
Global Innovation Index
Padahal pada era tahun 80 -- 90an Indonesia sempat menjadi negara dengan inovasi termaju di ASEAN. Bahkan Indonesia saat itu adalah Innovation center of excellence di ASEAN. Saat itu Indonesia terlah berhasil memproduksi pesawat terbang dengan teknologi tercanggih, N250 yang merupakan pesawat pertama dengan fly-by-wire, memilki satelit pertama di ASEAN, yang pertama membangun jalan tol bahkan dapat membangun jalan tol di atas rawa-rawa dengan desain pondasi yang di sebut cakar ayam dan masih banyak lagi inovasi skala dunia.

Tetapi sejak krisis moneter dengan tekanan IMF Indonesia di paksa untuk meninggalkan semua jenis inovasi termasuk proyek N-250, yang di anggap tidak berdampak kepada ekonomi. Sejak itu Indonesia hanya menjadi negara konsumtif, lebih senang membeli daripada menciptakan dan sejak itu pula Index inovasi Indonesia dan proses de-industrilisasi terjadi.

Banyak regulasi yang sebenarnya menghambat lahirnya innovasi seperti kata "sudah teruji", "sudah beroperasi secara komersial di negara lain" adalah kata-kata anti inovasi -- Bila memang Presiden mendorong inovasi maka kata-kata seperti itu tidak dapat masuk dalam regulasi

karena inovasi adalah melakukan sesuatu yang belum teruji sementara membangun sesuatu yang sudah teruji adalah pengadaan barang.

Regulasi yang ada saat ini memang kurang mendukung lahirnya inovasi, kita masih ingat kasus mobil listrik yang menyebabkan pengembangnya mendekam di penjara. Regulasi yang ada bukan saja telah membungkam inovasi tetapi juga telah membuat para ilmuwan dan engineer penuh ketakutan -- Harus di sadari bahwa tidak ada inovasi yang dapat berjalan dengan lancar, resiko adalah inherent dalam kata "inovasi" bila tidak mau ada resiko maka lakukan pengadaan barang. Tetapi sebenarnya resiko tersebut dapat di mitigasi menjadi sekecil mungkin.

Harus kita ingat semua inovasi yang pernah menjadi kebanggan Indonesia di masa lalu yang pernah menjadikan Indonesia sebagai negara termaju di ASEAN adalah teknologi yang saat itu belum teruji dan belum ada yang beroperasi secara komersial dimana pun di dunia.

Membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah salah satu bentuk inovasi dengan pengusaaan teknologi tertinggi dan termaju yang bukan saja berdampak kepada Industri maupun pertumbuhan ekonomi tetapi menjadikan Bangsa Indonesi di segani oleh Bangsa-bangsa lainya di ASEAN sebagai negara sengan status "Nuclear Power Country" yang merupakan visi dari Bapak bangsa Indonesia, Soekarno. 

Inovasi bukan litbang

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Indonesia saat ini yang hampir menghabiskan lebih dari 10 triliun yang tersebar di berbagai kementerian dan Lembaga sebagian besar yang hanya menjadi tumpukan kertas yang sebagian besar tidak bermanfaat bagi bangsa. 

Menurut beberapa sumber untuk menyimpan tumpukan kertas tersebut, kemristekdikti membutuhkan 3 lokasi khusus yang sudah penuh dan mencari lokasi ke 4.

perbedaan litbang vs inovasi
perbedaan litbang vs inovasi
Ini adalah paradigma yang salah, seharusnya yang di lakukan pemerintah bukanlah litbang tetapi inovasi. Walaupun inovasi di mulai dengan litbang tetapi inovasi selalu berakhir kepada sebuah produk yang bermanfaat sementara litbang tidak, lebih banyak menjadi kertas atau mengulang sebuah experiment yang sudah di lakukan oleh negara lain.

Sebuah litbang akan menjadi sebuah inovasi bila dapat menjawab dua aspek berikut:  harus menjawab tantangan industri dan memiliki nilai keekonomisan

Hubungan Industri dengan litbang untuk menghasilkan Inovasi yang bisa dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dapat di gambarkan dalam siklus sederhana ini

Innovation Driven Industries
Innovation Driven Industries
Tantangan berikutnya ketika infrastruktur yang di bangun pada periode ini (2015 -- 2019) selesai dan beroperasi maka pada periode berikutnya adalah bagaimana melakukan lompatan kuantum dan percepatan untuk PDB per kapita menembus $6000 pada tahun 2025.

Salah satu kunci utama untuk dapat mencapai hal tersebut adalah inovasi. Karena tanpa adanya nilai tambah (value added) kepada ekonomi yang saat ini masih di dorong dengan export bahan mentah dan konsumsi rumah tangga yang sudah mulai merosot maka sangat sulit dapat tercapai. -- Tidak mungkin ada nilai tambah tanpa adanya Inovasi.

Artinya Inovasi adalah kunci untuk Indonesia keluar negara pendapatan menengah.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan dalam sebuah dialog bertajuk "Masyarakat Berbasis Inovasi", Minggu (05/02/2017) di Perth:

Indonesia perlu mengubah paradigma ekonomi berbasis efisiensi (efficiency-driven economy) yang sangat bergantung pada sumber daya asing, menjadi ekonomi berbasis inovasi (innovation-driven economy) yang mengandalkan produk hasil inovasi anak bangsa serta alih teknologi.

SETUJU, tapi inovasi menggerakan ekonomi melalui Industri maka seharusnya yang di dorong adalah Innovation Driven Industries karena tidak mungkin inovasi menjadi daya dorong terhadap perekonomian bila tidak sejalan dengan industri atau di adopsi oleh industri sehingga menjadi sebuah produk yang memiliki daya saing. 

Mengingat Kementerian Perindustrian sudah memiliki sebuah Master Plan Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang sudah menjadi PP no 14 tahun 2015 maka inovasi yang di kembangkan adalah yang dapat mendukung RIPIN tersebut.

Tetapi disayangkan kementerian Ristekdikti yang membawahi litbang dan inovasi masih terlalu sibuk mengurusi aspek dikti sehinga melupakan bahwa pentingnya Inovasi bagi pertumbuhan ekonomi. -- Seharusnya kemristekdikti menyambut beberapa pidato-pidato Presiden Jokowi tentang pentingnya inovasi untuk menjadikan Indonesia menjadi bangsa Pemenang dengan membuat MASTER PLAN INOVASI NASIONAL yang dapat menjadi sebuah Peraturan Pemerintah (PP) untuk mendukung RIPIN.

Dalam Master Plan tersebut harus di indentifikasi beberapa inovasi yang dapat di jadikan INOVASI PRIORITAS NASIONAL yang harus di dukung full oleh APBN sehingga menjadi sebuah produk komersial yang kompetitif secara global.

Dengan demikian Master Plan ini dapat menjadi landasan bagi pemerintahan berikutnya untuk dapat menjadikan inovasi driver pertumbuhan ekonomi menjadi bangsa besar.   

Bob Soelaiman Effendi

Anggota Pokja Energi Komite Ekonomi & Industri Nasional
 
 

[1] Innovation drives economic growth

[2] https://www.uschamberfoundation.org

[3] https://www.globalinnovationindex.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun