Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Nilai Strategis Laut China Selatan dan Selat Malaka Bagi China

7 Oktober 2017   16:51 Diperbarui: 9 Oktober 2017   19:03 12144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5 : Jalur kereta PAN - ASIA

Gambar 5 : Jalur kereta PAN - ASIA
Gambar 5 : Jalur kereta PAN - ASIA
Ketika Raja Bhumipol wafat dan digantikan oleh Raja Vajiralongkorn, yang berpikiran pragmatis, ia langsung mengijinkan pembangunan Terusan KRA tersebut dengan investasi 28 mliyar yang ditanggung oleh Investor China.

Baca: The Real Threat to S'pore -- Construction of Thai Kra Channel finance by China

Dengan adanya terusan tersebut maka China tidak perlu takut dengan choke point tersebut kemudian kapal-kapal tangker atau barang China dapat berhenti di terusan dan sebagian diangkut via darat dengan kereta api yang merupakan jaringan kereta api Pan-Asia termasuk kereta super cepat ke Thailand, yang diduga pembangunan akan sampai ke Thailand sebelum 2022.

Jalur kereta adalah bagian dari program One-Belt-One-Road (OBOR) yang tidak lain juga adalah skema penguasaan sumberdaya alam dan pengamanan jalur perdagangan China.

Gambar 6 : Sabang dari dan Lhokseumawe jaraknya sangat dekat dengan KRA
Gambar 6 : Sabang dari dan Lhokseumawe jaraknya sangat dekat dengan KRA
Strategi 2 Kaki China untuk ketahanan energi
  • Melakukakan eksplorasi dan produksi minyak di 3 zona di LCS, ini akan memenuhi 40% kebutuhan minyak china dan selebihnya dari Timur Tengah dan Afrika,
  • Melakukan pembangunan Terusan Kra sehinga minyak dari Timur Tengah dan Afrika tidak perlu melalui choke point, selat malaka. Bahkan dapat di angkut melalui darat via rel kereta api bila terjadi konflik di LCS.

Sebenarnya kedua itulah grand strategy geopolitik China di Asia Tenggara ini tidak ada lain hal. Semua kegiatan ekonomi China di Kawasan ASEAN adalah untuk mendukung kedua strategi tersebut.

Hampir semua negara ASEAN memiliki klaim terhadap LCS kecuali Indonesia sehingga dapat di duga peningkatan investasi dan hubungan bilateral China terhadap Indonesia BUKAN karena mereka investasi tapi lebih kepada untuk mengamankan strategi 2 kaki tersebut. -- Selat Malaka (KRA) dan LCS

Kapan ini akan terjadi?
Yang akan dilaksanakan oleh China pastinya adalah pengamanan LCS dahulu. Dapat dipastikan Terusan KRA tidak akan dibangun sebelum pangkalan militer di LCS siap dan operasi produksi minyak terjadi, baru kemudian terusan KRA dibangun. Melihat progress saat ini dapat diduga paling cepat terusan KRA akan dibangun antara 2025 - 2030. Jadi artinya Indonesia memiliki sekitar 10 tahun untuk mempersiapkan perubahan geopolitik di regional ASEAN.

Apa peran Indonesia?
Sebenarnya Indonesia punya peran besar tetapi disayangkan tidak disadari sehingga Indonesia jatuh ke dalam permainan China karena tidak memahami apa yang dimainkan China.

Dengan memahami grand strategy tersebut seharusnya Indonesia menjadikan beberapa pulau menjadi pusat militer dan ekonomi ,yaitu:

  • BELITUNG: Menempatkan pangkalan kapal perang di Pulau Belitung yang dapat memantau ke arah pintu keluar (exit) selat malaka dan dan memantau kapal-kapal yang keluar dari terusan KRA maupun memantau Natuna yang berada di LCS (lihat gambar 1) -- khususnya untuk pangkalan kapal selam sehingga dapat melakukan patroli Selat Malaka dan LCS lebih strategis di banding berada di Natuna,
  • SABANG: Ketika terusan KRA terealisasi yang diduga akan mulai dibagun pasca 2023 maka peran Sabang menjadi sangat strategis bagi kapal-kapal yang antre untuk masuk terusan KRA. Bahan bakar, air dan jasa pelayanan perbaikan kapal. Begitu juga pangkalan TNI-AL harus dibangun menjaga pintu masuk Selat Malaka.. Bahkan Sabang dan Banda Aceh dapat sangat pesat perkembangan ekonominya.
  • NATUNA: Menjadikan Natuna sebagai Forward Base untuk TNI-AL dan TNI-AU untuk menghadapi konflik LCS dengan didayai oleh PLTN mini yang ditempatkan di bawah tanah dan Radar jarak jauh (over the horizon). Saat ini rencana tersebut sudah dibuat, tetapi kelemahan rencana tersebut pada daya listrik yang masih mengandalkan PLTD dengan pasokan solar dari Jawa yang membutuhkan perjalanan lebih dari 7 hari.
  • SELAT MALAKA: Mengambil kembali kendali ruang udara di atas Selat Malaka dari radar Singapore
  • Menempatkan hydrophone bawah laut di sepanjang Selat Malaka yang dikelola sendiri oleh Indonesia. Hydrophone adalah teknologi tahun 40-an yang sangat sederhana yang seharusnya dapat di-design dan dibuat oleh para ahli Indonesia. Kapal selam mini yang sedang dibuat oleh Kemhan dapat dipakai sebagai support tools untuk hydrophone.
  • Melakukan patroli aktif di Selat Malaka memastikan bebas perompak laut serta meningkatkan presence di Selat Malaka untuk menunjukan kedaulatan.
  • Menaruh instalasi rudal anti kapal yang memiliki jarak jelajah 300 Km dengan kecepatan min mach 2 (seperti Brahmos) di wilayah jalur selat malaka untuk mengancam kapal-kapal musuh yang dapat di tempatkan di Selat Malaka di Pulau Rupat dekat dumai yang hanya berjarak 100 Km dari Kuala Lumpur atau dapat ditempatkan pada pada mulut masuk di pulau sabang.

Hydrophone dapat meminitor semua pergerakan di atas air dan di dalam air
Hydrophone dapat meminitor semua pergerakan di atas air dan di dalam air
Bila Indonesia melakukan hal-hal di atas, kami yakin China akan dapat lebih patuh kepada Indonesia dan akan lebih memberikan respect yang tinggi sehingga Indonesia lebih dapat mendapatkan keuntungan lebih dari China dibanding saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun