Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money

Deindustrialisasi Ancam Indonesia Jadi Negara Gagal

21 November 2016   18:10 Diperbarui: 27 November 2016   09:06 2124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pentingnya mencapai target KEN di 2025 yaitu 138,000 MW sebenarnya dapat di lihat dari sisi lain, bahwa Listrik dapat di jadikan driver ekonomi. Para ekonom sadar bahwa korelasi antara konsumsi listrik (Kwh per capita) dan GDP per capita adalah linear sebagaimana di analisa oleh Roger Andrew bahwa setiap konsumsi 1 kwh memberikan kontribusi $ 4-5 terhadap GDP per capita.[9]

Roger Andrew's Grafik
Roger Andrew's Grafik
Dengan hitungan tersebut dapat di kalkulasi dengan memakai $4 per Kwh, setiap penambahan 1000 MW dapat memberikan kontribusi terhadap GDP sebesar US$32 Milyar. Untuk mencapai target 138 GW di 2025, Indonesia perlu membangun tambahan kapasitas sebesar 83,000 MW (terhitung 2015).

Bila 83,000 MW di kalikan US$ 32 Milyar kemudian di bagi dengan populasi Indonesia di 2025 sebesar 285 Juta maka di dapat penambahan GDP per capita Indonesia sebesar $9.319 di tambah dengan GDP saat ini $ 3400 maka total GDP per capita menjadi $12,719 _-- Sudah keluar dari ancaman negara gagal dan di atas level GDP per capita Malaysia saat ini

Oleh sebab itu sangat penting Indonesia dapat mencapai target pembangunan kapasitas listrik 40,000 MW setiap 5 tahun untuk dapat keluar dari ancaman negara gagal pada 2025. 

Pertanyaannya TERPENTING menjadi : 

Apakah Pemerintah berikutnya (2019 - 2025) dapat membangun 62,000 MW dalam 5 tahun untuk dapat meningkatkan pertumbuhan Industri dan keluar dari jebakan negara Gagal ? 

Konklusi 

Seharusnya ini menjadi pekerjaan rumah Pemerintah saat ini untuk mempersiapkan sehingga Pemerintah berikutnya (2019 - 2025) dapat mencapai target tersebut demi masa depan Bangsa Indonesia.

Memang faktor yang mempengaruhi merosot atau tumbuhnya menufakturing sangat banyak tetapi bila kita mengambil 3 alasan utama maka saya yakin ketersedian listrik dengan harga terjangkau akan masuk dalam 3 alasan teratas (top 3 reason). Bahkan menurut Gubernur Bank Indonesia salah satu tantangan dari tujuh tantangan peningkatan pertumbuhan Industri adalah tidak adanya energi yang andal dengan harga yang kompetitif.

Dengan perencanaan dan pengelolaan sektor kelistrikan seperti business-as-usual sekarang ini sangat sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan membangun sektor Perindustrian yang kuat yang dapat mengangkat perekonomian sebagaimana di kehendaki oleh Presiden.

Perlu adanya penataan ulang Perencanaan Energi Nasional, salah satu komponen penting adalah mempertimbangkan memasukan teknologi pembangkitan yang dapat di memberikan daya dalam skala Gigawatt dengan biaya murah dan hal itu hanya dapat di berikan oleh teknologi Nuklir. 

Mungkin itu sebabnya Pemerintah (baca : Kementerian Perindustrian) dalam RIPIN telah melihat pentingnya Nuklir sebagai komponen strategis dalam pembangunan Industri Nasional sehingga memasukan Nuklir sebagai Industri Andalan Nasional yang perlu di bangun sebelum 2019 dan beroperasi 2025.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun