Lihat laporan Human Right Watch, soal Rwanda dalam www.hrw.org/reports/1999/rwanda/Geno1-3-02.htm#P21_7273 diakses 17 juni 2010.
Sampai akhir penyerangan itu setidaknya ratusan ribu warga Tutsi tewas dibantai milisi Hutu.
Lihat laporan Human Right Watch (HRW) soal Rwanda, dalam web www.hrw.org/reports/1999/rwanda/Geno15-8-01.htm#P88_24569 di akses 17 Juni 2010. Mayjen. Romeo Dalaire (orang Kanada) sebagai komandan pasukan perdamaian (PKO) di Rwanda, pada bulan Januari 1994 pernah meminta agar pasukan PBB ditambah dan mandatnya diperbesar agar dapat mencegah terjadi pembantaian. Informasi tentang rencana pembantaian pada suku Tutsi banyak diketahui intelijen negara barat yaitu AS, Perancis, dan Belgia. Tetapi nampaknya beberapa diplomat anggota DK PBB tidak mengetahui secara pasti keadaan disana, karena informasi yang ada dibatasi.
Lihat laporan HRW tentang peran UNAMIR dan sikap negara barat atas kasus Rwnada di web www.hrw.org/reports/1999/rwanda/Geno1-3-05.htm#P106_44662. diakses 17 Juni 2010.
Lihat laporan HRW soal peran UNAMIR di Rwanda, ibid. Dala laporannya disebutkan bahwa pasukan UNAMIR yang ada di Kigali (ibukota Rwanda) hanya terdiri dari 400 tentara Belgia, 200 tentara Ghana dan 900 tentara Bangladesh. Dapat dikatakan logistik dan amunisi mereka sangat kurang. Sebagai contoh, untk air minum mereka hanya memiliki stok untuk dua hari saja dan bahan makanan hanya jatah dua minggu, termasuk amunisi sangat kurang. Kontingen Bangldesh memiliki panser APC tetapi tidak mau membantu kontingen lainnya pada saat puncak pembantaian terjadi di Kigali.
Halaman 136, James Mayall, “Humanitarian Intervention and International Society : Lessons from Africa”, in Humanitarian Intervention and IR, Jennifer M. Welsh (Eds), Oxford, 2004.
Halaman 136, ibid.
Halaman 135, ibid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H