[caption id="attachment_304184" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Menilik kualitas pendidikan di Indonesia tentu tidak terlepas dari seorang "Guru", sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan "Guru"? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru = orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar; sedangkan ke·gu·ru·an n perihal (yg menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran: pd pendidikan tinggi diberikan latihan tt masalah. Kedua kata diatas berkaitan erat, satu hal berbicara tentang orangnya, sedangkan satu hal lagi berbicara mengenai metode pengajarannya. Selama ini, sudah baikkah kualitas pendidikan di Indonesia? Tentu ini menjadi pertanyaan sebagian besar orang. Logikanya, kualitas pendidikan yang bagus bergantung pada metode pengajarannya. -nya yang saya maksud disini tentu saja merujuk kepada Guru. Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan berikan data - data menarik mengenai kualitas pendidikan di Indonesia, diantaranya : 1. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syahwal Gultom, Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Berita lengkapnya bisa dilihat disini 2. Hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat Sertifikasi. Sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut profesional. 3. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). [caption id="attachment_304155" align="aligncenter" width="643" caption="Education World Index (sumber : http://www.geocurrents.info/wp-content/uploads/2012/05/Education-Index-Map.jpg)"]
4. Menurut World Bank, pada tahun 2007, ada 34% sekolah di Indonesia masih kekurangan guru, hal ini mengingat geografis Indonesia yang sangat luas sehingga persebaran guru tidak merata. 5. Kemdikbud menyatakan bahwa setiap menit, ada empat anak di Indonesia yang putus sekolah (sungguh miris) mengingat faktor utama penyebabnya adalah tingginya biaya pendidikan di Indonesia. Dari data - data diatas mungkin anda bisa menyimpulkan sendiri bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia. Tulisan ini bukan bermaksud memojokkan guru, justru saya sangat berterima kasih kepada mereka. Meskipun fasilitas pendidikan di Indonesia tidak memadai -karena saya masih mendengar sekolah ambruk, atapnya bocor, ruang kelas tidak cukup- Mereka masih mempunyai daya juang dan keikhlasan untuk mengajar. Pemerintah disini mempunyai peran yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara besar ini. Bukankah hal itu sudah tercantum di Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 alinea ke-4, bahwa Tujuan Negara ini adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, bukan? Lantas, kenapa saat ini masih saja ditemukan masalah - masalah yang bersifat sepele, misalkan anak yang putus sekolah, sekolah yang ambruk. Pemerintah memang sudah berkomitmen menggelontorkan 20% dana APBN untuk pendidikan, tentu hal ini patut kita apresiasi, negara - negara besar seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman sudah lama menggratiskan pendidikannya. Sekarang bisa kita lihat hasilnya, bukan? Negara - negara tersebut mempunyai SDM yang mumpuni dan menguasai IPTEK. Investasi pendidikan tidak sama dengan investasi saham atau investasi emas yang bisa kita lihat hasilnya dalam jangka pendek atau jangka menengah. Perlu kesabaran untuk berinvestasi dalam bidang pendidikan karena hasilnya baru bisa kita rasakan 15-20 tahun mendatang. Tentu output yang dirasakan nantinya akan sangat luar biasa, SDM maju, rakyat sejahtera, ekonomi pun akan tumbuh. Pemerintah dalam hal ini harus menjamin seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat Suku, Agama, Ras, maupun Golongan mendapatkan Fasilitas pendidikan yang memadai. Di akhir tulisan ini, saya membayangkan 15-20 tahun mendatang, bangsa kita mampu membuat Mobil, Handphone, Televisi, Laptop, bahkan pesawat antariksa sendiri (100% Made in Indonesia). Hal ini tidak akan terwujud kalau kita hanya menyalahkan Pemerintah dan kita hanya 'berleha-leha' saja, sokongan seluruh masyarakat perlu digugah agar kita bisa menjadi Bangsa besar dan disegani di dunia sesuai apa yang telah dicita-citakan oleh The founding Father kita, Ir. Soekarno. Selamat Hari Guru Nasional, Ibu/Bapak Guru, Pahlawan Tanpa tanda Jasa, terima kasih telah mencerdaskan dan mengajarkan kami selama ini :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H