Perkembangan ArtificiaI Intelegence (AI) yang tak terbendung membuat berbagai pihak harus bersiap diri, tidak terkecuali scopus. Saat menelusuri artikel melalui scopus, saya menemukan tab baru dengan nama Scopus AI New.
Barangkali, tab tersebut belum lama dihadirkan scopus sebagai layanan tambahan bagi pemburu artikel internasional terindeks. Kita makin dimanjakan oleh scopus. Kurang apa lagi coba?
Tidak adalagi alasan untuk tidak mencoba menulis artikel terstandar dunia di zaman mesin sudah bisa dijadikan asisten sekaligus "teman curhat".
Sepertinya, tidak ada salahnya menggunakan teknologi untuk memudahkan pekerjaan karena sudah selaiknya teknologi diciptakan untuk kemaslahatan, bukan? Hanya saja, sebagai manusia kita tetap mengedepankan etika dan moral. Ada beberapa jurnal yang mensyaratkan calon authornya untuk menuliskan pernyataan bahwa manuskrip ditulis dengan/tanpa bantuan AI. Ada juga jurnal yang masih toleran terhadap penggunaan AI, namun terbatas pada bantuan penerjemahan bahasa. Intinya, kita sebagai calon author dituntut jujur dengan penggunaan asisten pintar tersebut. Itu saja!
Kembali ke Scopus AI New, tab ini dihadirkan untuk memudahkan kita mencari artikel sekalian dengan resume ala-ala AI. Bila sebelumnya kita hanya disajikan list artikel terkait kata kunci yang kita ketiikan di bagian search, menggunakan Scopus AI New kita disajikan rangkuman 4-5 artikel terkait kata kunci. Ada juga yang hanya menyajikan resume kurang dari 4 artikel karena bisa saja kata kunci yang kita ketikkan memang belum tersedia banyak di repositorinya. Ya, tergantung keberuntungan juga sih.
Setidaknya, Scopus AI New membantu kita dalam menyediakan ide awal yang dapat kita kembangkan. Mari ucapkan terima kasih kepada mesin pencari jurnal tersebut!
Saat kiat klik tab Scopus AI New, kita akan diarahkan oleh menu bantuan.
Misalnya, What would you like to learn more about? Kita dapat mengetikkan kata kunci di kotak pencarian ini.
Kita juga diberikan beberapa contoh pertanyaan yang  bisa diketikkan sebagai kata kunci pada bagian Search examples. Misalnya, What role does multisensory integration play in the formation of emotional memories?, How do urban green spaces contribute to mental well-being?, atau How can game theory be applied to corporate compliance programs?
Ketiga pertanyaan tersebut berbentuk kalimat. Hal ini pula yang menjadi "perasa" AI-nya. Kita seolah-olah diajak diskusi selayaknya menggunakan Chat GPT. Perbedaannya, pertama, Scopus AI New hanya memberikan jawaban berupa ringkasan 1 paragraf berdasarkan 4-5 sitasi. Kedua, sitasi yang diberikan valid dan reliabel dibandingkan Chat GPT. Ketiga, hanya bisa bertanya menggunakan bahasa Inggris, sementara Chat GPT sudah bisa diajak diskusi berbahasa Indonesia.
Mari kita coba mengetikkan pertanyaan terkait  "finite semiosis." Kata kunci ini terdengar tidak familiar bagi masyarakat umum. Kita dapat melihat perbedaan respons antara Scopus "regular" dengan Scopus New AI.