Seni, Budaya dan Pariwisata di Kepulauan Nias
Seni, budaya dan pariwisata ke Kepulauan Nias tidak dapat dipisahkan dari Kesenian Megalitik. Kesenian Megalitik merupakan bagian dari kesenian yang terpenting dalam Kebudayaan Megalitik, yang dimanifestasikan dalam bentuk pembuatan patung-patung dari batu-batu, memiliki hubungan yang begitu erat denga kepercayaan Agama Suku, serta penghormatan bagi orang-orang yang sudah meninggal/mati.
Peninggalan-peninggalan Kebudayaan Megalitik ini masih dapat ditemukan di Kepulauan Nias, seperti Batu Nitaru'o (batu tanam) atau Menhir (batu berdiri), Dolmen ( batu-batu yang disusun menyerupai meja), kuursi kara (kursi batu), Saita Gari (tempat untuk gantungan pedang bangsawan), Behu, Gowe Zatua, Daro-Daro, Osa-Osa, dan masih banyak lagi jenis Megalitiknya. Kesemuanya ini masih dapat ditemukan di seluruh daerah Kepulauan Nias, terutama di Nias bagian Selatan, seperti Bawamataluo, Orahili, Gomo dan di desa lainnya.
Begitu juga dengan seni tarinya yang agung dan mengagumkan yang sampai saat ini masih terus dijaga dan dipelihara. Seni tari yang ada di Kepulauan Nias terdiri dari: Fogaele, Tari Moyo (tari elang), Tari Tuwu (tari ini kesemuanya diperankan oleh perempuan), Maena (jenis tarian yang diperankan secara bersamaan antara laki-laki dan perempuan).Â
Sementara tarian yang hanya boleh diperankan oleh laki-laki adalah Tari Perang, Maluaya, Famanu-Manu (inti tari perang), Foale (persiapan perang), Fatele (perang satu lawan satu), Fahizale (tari perang dalam rangka perdamaian).Â
Kesemuanya inilah jenis tari-tarian yang ada pada Suku Nias yang sampai sekarang masih terus dilestarikan. Begitu pula dengan Hombo Batu, yang pada zaman dulu sbelum Agama Kristem memasuki Kepulauan Nias, pada umumnya (khususnya di Nias bagian Selatan) di mana permusuhan dan peperangan antar desa selalu terjadi.
Sebelum para pemuda ini diterjunkan ke kampung musuh, terlebih dahulu mereka harus dilatih melalui Hombo Batu (lompat batu) yang bertujuan untuk penyelamatan diri ketika penyamaran mereka diketahui oleh musuh ang mau tidak mau harus bisa meloloskan diri dari kejaran musuh dan diharapkan para pemuda ini dapat melompati pagar batu yang mengelilingan perkampungan tersebut. Hombo Batu pada dasarnya memiliki fungsi untuk melatih para pemuda menjadi tentara kampung dan bersifat heroik.
Jika ada pernyataan yang mengatakan bahwa latihan lompat batu (Fahombo Batu) menandakan soerang pemuda itu sudah dewasa dan sudah pantas untuk menikah, hal tersebut tidaklah benar.
Sementara itu, seni patung di daerah Nias yang ada sampai sekarang ini telah berusia sekitar 2.500 sampai 5000 tahun Sebelum Masehi menurut para ahli purbakala yang berasal dari Jepang. Patung-patung ini dapat ditemukan di Desa Orahili, Kecamatan Gomo, desa Bawamataluo, Desa Hilisataro, dan lain sebagainya. Demikian juga masih terdapat Seni HOHO yang merupakan Seni Suara yang menceritakan keberasan nenek moyang pada zaman dulu dna hal ini masih dapat ditemui dan disaksikan di berbagai tempat di Pulau Nias.