Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jaket Almamater

19 Agustus 2021   16:42 Diperbarui: 19 Agustus 2021   17:01 2660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadjah Mada adalah satu dari deretan Universitas dambaan para lulusan SMA di Indonesia, tanpa terkecuali juga saya sebagai murid sekolah swasta dari pelosok pantai timur Sumatera. Senang sekali ketika medio 1991, terpilih sebagai satu dari lima peserta seleksi Pemilihan Bibit Unggul Daerah (PBUD) di sekolah untuk menjadi Calon Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 

Ini harapan besar dalam hidup. Segera saya mengisi formulir pendaftaran dengan memberi ureg-ureg pinsil 2B pada lembar formulir untuk jurusan yang dipilih, Kedokteran!

Ketika itu masih sangat jarang lulusan SMA kami yang kuliah. Awal smester di kelas tiga, seorang guru senior memang memotivasi untuk lanjut kuliah,  Ia memfavoritkan fakultas kedokteran, katanya dokter itu istrinya cantik. Sontak ini menggugah semangat siswa laki-laki, termasuk saya untuk mulai ikutan merakit cita-cita kuliah di fakultas kedokteran. 

Terpilih menjadi peserta seleksi PBUD UGM merupakan langkah awal menuju cita-cita mulia ini. Terbayang sudah bagaimana nanti saat libur smester, pulang kampung pakai jaket almamater UGM, gadis-gadis cantik di desa pada melirik manja. Norak ah!! :D

Ternyata tidak ada pilihan fakultas dan jurusan kedokteran dalam lembar formulir pendaftaran PBUD tersebut! panitia hanya menyediakan pilihan fakultas sesuai jurusan siswa pendaftar. Cilakanya, saya jurusan A1/Fisika, sehingga tawaran jurusan yang tersedia ada di Fakultas Teknik. 

Saya-pun ureg-ureg pilihan pertama 000000, pilihan kedua juga 000000, tanpa kode jurusan, dengan asumsi awam kalau nanti diterima bisa bebas memilih jurusan apa saja, termasuk kedokteran. Benar  saja, saya tidak diterima! 

Gagal terjaring PBUD tidak membuat surut untuk kuliah. Tahun 1992 saya menggenapi tekad merantau ke Yogyakarta, tapi kali ini bukan untuk kuliah di fakultas kedokteran. Orang tua yang pegawai biasa di sebuah perusahaan perkebunan tentu saja akan sangat berat jika harus membiayai kuliah kedokteran pada universitas swasta. 

Pilihanpun jatuh pada fakultas hukum, dengan misi utama bisa UMPTN lagi disela kuliah untuk mengambil jurusan kedokteran. Berhasil? Tidak! Selama di Yogyakarta, dua kali UMPTN untuk jurusan kedokteran, GAGAL! Begitu inginnya bisa menjadi mahasiswa dan memakai jaket almamater UGM, sampai-sampai pada saat-saat itu kadang masih bermimpi kembali menjadi kelas 3 SMA, biar bisa ikutan UMPTN. Absurd! 

Syukurnya absurditas itu sudah tidak terjadi lagi, ketika suatu pagi pintu ruangan diketuk. Seorang pemuda meminta tandatangan saya sembari menyodorkan formulir rekomendasi untuk syarat mendaftar kuliah Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan di UGM. 

Setelah melihat subjek mata kuliah yang ditawarkan, ternyata sangat cocok dengan jenis pekerjaan yang saya geluti. Kuliahnya juga masih daring karena dalam situasi pandemi, sehingga bisa dilakukan dari kantor. Cita-cita untuk bisa memiliki dan memakai jaket almamater UGM-pun kembali bersemi! Ikutan mendaftar tanpa rencana apalagi persiapan, dan senang rasanya kali ini bisa  diterima menjadi Mahasiswa UGM, meski bukan jurusan kedokteran! 

Langsung terbayang dalam benak, bangganya saya nanti bisa pakai Jaket Almamater UGM. Sedihnya, hari berganti, minggu-minggupun berlalu, dan bulan telah pula  menghilang, Jaket Almamater tak kunjung datang. Meski demikian, kuliah jangan sampai kendor, tetap semangat!

Kuliah daring telah memaksa kita memperkuat literasi digital. Mau tidak mau harus belajar menggunakan zoom, webex, google meet, google class, google drive dll. Pandemi memang telah mempercepat proses transformasi digital dengan mendorong Mahasiswa menjadi milenial tanpa pandang usia. 

Enaknya kuliah daring, kita bisa kuliah off-cam agar signal tetap kuat, dan memasang photo profile yang paling photogenic. Dengan demikian, kuliah bisa disambi dengan kerja lain, meneliti berkas, membuat disposisi, bahkan minum kopi dan makan siang di depan komputer sambil mendengarkan paparan dosen.

Tidak hanya itu, pertanyaan dosen selama kuliah juga lebih mudah kita jawab dengan bantuan google. Suatu ketika, ditengah perkuliahan seorang dosen bertanya, kenapa Dutarte menangis? Ini tentu saja pertanyaan sangat sulit. Akan tetapi dengan bantuan google tidak sampai satu menit bisa ditemukan jawabannya, Dutarte menangis karena negaranya tidak kebagian vaksin. 

Dalam kuliah tatap muka, pertanyaan seperti ini tidak terbayang kita kemana menemukan jawabannya? Inilah salah satu keunggulan kuliah daring, dengan bantuan google justeru Mahasiswa menjadi membaca dan harus memahami lebih banyak referensi. Jawaban soal juga menjadi lebih kaya, serta waktu yang diperlukan untuk menjawab lebih singkat.  

Dua semester berlalu, sejauh ini IPK masih memenuhi target. Sekarang sudah memasuki persiapan penelitian dan menyusun tesis. Kabar gembira itupun datang dari IG Ditmawa, Jaket alamater sudah bisa diambil di GSP, drivethru! Bahagianya serasa diterima UMPTN lagi. Saat memantas-mantaskan diri dengan Jaket Almamater ini di depan cermin, dari sudut kamar, Istri tersenyum kecutmelihat pemandangan aneh di depan matanya :D      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun