Gadjah Mada adalah satu dari deretan Universitas dambaan para lulusan SMA di Indonesia, tanpa terkecuali juga saya sebagai murid sekolah swasta dari pelosok pantai timur Sumatera. Senang sekali ketika medio 1991, terpilih sebagai satu dari lima peserta seleksi Pemilihan Bibit Unggul Daerah (PBUD) di sekolah untuk menjadi Calon Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Â
Ini harapan besar dalam hidup. Segera saya mengisi formulir pendaftaran dengan memberi ureg-ureg pinsil 2B pada lembar formulir untuk jurusan yang dipilih, Kedokteran!
Ketika itu masih sangat jarang lulusan SMA kami yang kuliah. Awal smester di kelas tiga, seorang guru senior memang memotivasi untuk lanjut kuliah, Â Ia memfavoritkan fakultas kedokteran, katanya dokter itu istrinya cantik. Sontak ini menggugah semangat siswa laki-laki, termasuk saya untuk mulai ikutan merakit cita-cita kuliah di fakultas kedokteran.Â
Terpilih menjadi peserta seleksi PBUD UGM merupakan langkah awal menuju cita-cita mulia ini. Terbayang sudah bagaimana nanti saat libur smester, pulang kampung pakai jaket almamater UGM, gadis-gadis cantik di desa pada melirik manja. Norak ah!! :D
Ternyata tidak ada pilihan fakultas dan jurusan kedokteran dalam lembar formulir pendaftaran PBUD tersebut! panitia hanya menyediakan pilihan fakultas sesuai jurusan siswa pendaftar. Cilakanya, saya jurusan A1/Fisika, sehingga tawaran jurusan yang tersedia ada di Fakultas Teknik.Â
Saya-pun ureg-ureg pilihan pertama 000000, pilihan kedua juga 000000, tanpa kode jurusan, dengan asumsi awam kalau nanti diterima bisa bebas memilih jurusan apa saja, termasuk kedokteran. Benar  saja, saya tidak diterima!Â
Gagal terjaring PBUD tidak membuat surut untuk kuliah. Tahun 1992 saya menggenapi tekad merantau ke Yogyakarta, tapi kali ini bukan untuk kuliah di fakultas kedokteran. Orang tua yang pegawai biasa di sebuah perusahaan perkebunan tentu saja akan sangat berat jika harus membiayai kuliah kedokteran pada universitas swasta.Â
Pilihanpun jatuh pada fakultas hukum, dengan misi utama bisa UMPTN lagi disela kuliah untuk mengambil jurusan kedokteran. Berhasil? Tidak! Selama di Yogyakarta, dua kali UMPTN untuk jurusan kedokteran, GAGAL! Begitu inginnya bisa menjadi mahasiswa dan memakai jaket almamater UGM, sampai-sampai pada saat-saat itu kadang masih bermimpi kembali menjadi kelas 3 SMA, biar bisa ikutan UMPTN. Absurd!Â
Syukurnya absurditas itu sudah tidak terjadi lagi, ketika suatu pagi pintu ruangan diketuk. Seorang pemuda meminta tandatangan saya sembari menyodorkan formulir rekomendasi untuk syarat mendaftar kuliah Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan di UGM.Â
Setelah melihat subjek mata kuliah yang ditawarkan, ternyata sangat cocok dengan jenis pekerjaan yang saya geluti. Kuliahnya juga masih daring karena dalam situasi pandemi, sehingga bisa dilakukan dari kantor. Cita-cita untuk bisa memiliki dan memakai jaket almamater UGM-pun kembali bersemi! Ikutan mendaftar tanpa rencana apalagi persiapan, dan senang rasanya kali ini bisa  diterima menjadi Mahasiswa UGM, meski bukan jurusan kedokteran!Â