KEGELISAHANÂ
(Puisi Haibun)
Â
Ponsel berbalut mika berwarna emas selalu dalam genggamanku. Suara tanda pesan whatsApp berbunyi tanpa henti mengganggu ketenanganku. Ingin rasanya aku tak menengoknya, namun ku tak kuasa. Pikiranku semakin tenggelam dengan uantaian kata-kata dari sosial media. Semuanya berita duka. Sungguh sedih dan merana. Tak ada pesan yang membuatku bahagia.
Aku beranjak duduk di depan laptopku. Aku pandangi tanpa berbuat apa-apa. Hatiku gundah dan gelisah, rencana mana yang hendak aku kerjakan. Aku browshing lagu dan kudengarkan, tuk menghalau kegalauan hatiku yang tak kunjung reda.
Secangkir teh hangat sedari tadi tersaji. Dibuat putraku dengan senang hati. Aku hirup wangi teh melati, aromanya mengingatkanku tuk segera membuat puisi. Jari-jemariku mulai menari-nari diatas key board laptop yang siap menanti.
Lagi-lagi ponselku berbunyi. Kali ini suaranya nyaring berlantun kalam Illahi. Adzan Isya mengajakku tuk segera berwudlu. Solat berjamaah sebagai penenang hati.
Tuhan
Pemberi cahaya
Kegelisahan sirna
NANI KUSMIYATI
Jonggol, 27 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H