Memar terjadi ketika darah dari pembuluh darah yang rusak menumpuk di bawah permukaan kulit. Memar yang terjadi berkepanjangan pada bayi baru lahir merupakan salah satu tanda defisiensi vitamin K pada tubuh bayi. Penyakit defisiensi sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi penting tertentu, terutama vitamin dan mineral dalam makanan seseorang pada jangka waktu lama.
Vitamin K adalah kelompok vitamin yang larut dalam lemak yang secara struktural dibutuhkan tubuh manusia untuk proses sintesis protein tertentu sebagai prasyarat dalam pembekuan darah yang dibutuhkan tubuh untuk mengendalikan pengikatan kalsium dalam tulang dan jaringan lain. Modifikasi protein terkait vitamin K memungkinkan terjadinya pengikatan ion kalsium yang tidak dapat dilakukan sebaliknya. Tanpa vitamin K, pembekuan darah sangat terganggu, dan terjadi perdarahan yang tidak terkontrol.
Kadar vitamin K yang rendah juga melemahkan tulang dan meningkatkan pengapuran arteri dan jaringan lunak lainnya. Vitamin K membantu proses produksi berbagai protein yang dibutuhkan untuk pembekuan darah dan pembentukan tulang. Protrombin adalah protein yang bergantung pada vitamin K yang terlibat langsung dengan pembekuan darah.
Pada kasus ini bayi akan lebih rentan mengalami Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB), penyakit ini dapat memicu pendarahan ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis permanen hingga efek samping jangka panjang yang parah termasuk defisit keterampilan motorik kasar, anomali kognitif atau perkembangan, dan kegagalan organ bila tidak ditangani dengan cepat.
Defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh impermeabilitas plasenta terhadap vitamin K sehingga vitamin K tidak dapat terserap ke tubuh janin. Selain itu jumlah vitamin yang sangat rendah dalam ASI (1 g per liter), terlepas dari berapa banyak suplemen yang dikonsumsi wanita juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin K. Diketahui bahwa tingkat kematian yang tinggi yakni sebesar 20% kerap terjadi terkait dengan perdarahan defisiensi vitamin K yang ditangain secara terlambat, kondisi ini sering terjadi pada bayi 2 minggu - 6 bulan.
Untuk mencegah penyakit berbahaya ini satu sutikan Vitamin K dibutuhkan agar mengurangi risiko pendarahan akibat kekurangan vitamin K. Suntikan vitamin K berdosis 0,5 mg atau 1 mg (bervariasi sesuai berat lahir bayi) diberikan secara Intramuskular(IM) kepada semua bayi baru lahir. Semua bahan lain yang terdapat pada suntikan aman dan ditambahkan untuk meningkatkan penyerapan vitamin K atau untuk menjaga pH dan kelembapan dalam suntikan. Selain suntikan beberapa orang tua lebih memilih pemberian vitamin K oral.
Canadian Pediatric Society (CPS) telah merekomendasikan bahwa dosis sebesar 2 mg vitamin K oral diberikan kepada bayi baru lahir, 6 jam pertama setelah kelahiran, kemudian pada 2-4 minggu, dan pada usia 6-8 minggu. Namun beberapa pakar kesehatan mengatakan bahwa Vitamin K oral kurang efektif daripada suntikan IM karena penyerapannya akan lebih baik melalui rute intramuskular. Menurut pakar lain pemberian vitamin K secara oral dapat sebanding keefektifannya bila dosis oralnya dilengkapi hingga selesai, yakni dari saat baru lahir hingga usia 6-8 minggu.
Tetapi harus diketahui pemberian vitamin K secara oral tidak cocok bagi bayi baru lahir dengan atresia bilier atau kondisi dimana bayi mengalami gangguan aliran cairan empedu. Akibatnya, cairan empedu tidak dapat menuju usus dan terakumulasi di dalam hati yang kemudian menimbulkan kerusakan hati.
Jumlah kasus kekurangan vitamin k pada bayi baru lahir dapat berubah ketika bayi sudah cukup besar untuk mulai makan makanan padat, biasanya antara 4 dan 6 bulan. Bakteri di usus bayi akan mulai membuat vitamin K setelah mereka mengonsumsi makanan padat.
Pada usia bayi yang cukup untuk mulai makan padat asupan makanan kaya akan vitamin K harus terpenuhi. Kebutuhan vitamin K pada bayi usia 7-12 bulan sebesar 10 mg/hari. Bahan makanan sumber vitamin K seperti sayuran hijau (brokoli, kale, kacang panjang, buncis,), kacang polong, kacang hijau, daging, hati sapi, telur, kiwi, alpukat, minyak kedelai, keju dan tomat dapat ditambahkan ke dalam campuran makanan pendamping ASI milik bayi.