Mohon tunggu...
Inge Djajadi
Inge Djajadi Mohon Tunggu... Freelancer - A dreamer

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membentuk Budaya Kelola Sampah di Indonesia

29 Juli 2019   12:16 Diperbarui: 29 Juli 2019   12:20 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, isu terkait sampah plastik sedang naik daun. Menurut CNBC Indonesia (Sebegini Parah Ternyata Masalah Sampah Plastik di Indonesia), Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran plastik terbesar kedua di dunia. Disebutkan juga dalam Kompas.com (Hari Peduli Sampah Nasional: 5 Fakta Ancaman Nyata Sampah di Indonesia), sampah plastik di Indonesia, mencapai 64 juta ton/tahun, di mana 3,2 ton di antaranya, dibuang ke laut.

Terkait darurat sampah ini, beberapa perusahaan besar pun, sudah ikut berpartisipasi dalam kampanye mengurangi sampah plastik. Contohnya, supermarket- supermarket sudah menjual tas belanja yang bisa dipakai berulang kali dan juga mengenakan charge untuk pemakaian plastik kepada customer; di beberapa restoran, penggunaan sedotan untuk minuman pun, sudah dikurangi. Namun, ini semua tidak bisa memberikan dampak besar jika masyarakat luas tidak ikut berpartisipasi.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara masyarakat bisa berpartisipasi penuh? Beberapa cara simple bisa dilakukan seperti :

1. Membawa tumbler untuk minuman. Beberapa brand kopi, sudah menjual tempat minuman yang bisa dipakai berulang dan juga promo diskon harga jika pembelian menggunakan tumbler.

2. Siap sedia tas belanja. Untuk mengurangi sampah kantong plastik, membiasakan membawa tas belanja setiap saat merupakan salah satu bentuk usaha . Sekarang ini, beberapa tas belanja pun sudah banyak yang dibuat dengan bentuk dompet kecil yang bisa dibuka menjadi tas sehingga tidak memakan tempat saat dibawa-bawa.

3. Mengurangi pemakaian sedotan. Meminum langsung dari gelas, seharusnya tidak menjadi masalah. 

4.Tidak membuang sampah sembarangan. Di Jakarta sendiri, tempat sampah sudah tersebar cukup banyak terutama di tempat - tempat umum. Jika memang di saat akan membuang sampah, tidak ada tempat sampah, sampah bisa dibawa terlebih dahulu hingga menemukan tempat sampah terdekat.

Selain itu, beberapa ide ini, mungkin akan membantu pemerintah dalam mengatasi masalah sampah di Indonesia :

1. Menyediakan kran air siap minum di tempat-tempat umum. Negara-negara seperti Swiss, Singapura, Selandia Baru, dll sudah menyediakan keran air minum di area publik. Dengan adanya keran air minum ini, otomatis, akan mengurangi sampah botol minum air mineral.

2. Bekerjasama dengan perusahaan minuman untuk mesin penjual minuman dengan tumbler konsumen. Mungkin beberapa tahun ke depan, bisa diberlakukan untuk mesin minuman otomatis yang menjual hanya isi minumannya saja dan konsumen harus membawa tumblernya sendiri. Dengan ini, sampah plastik botol minuman pasti akan menurun drastis.

3. Memasukkan kelola sampah dalam kurikulum pelajaran dari sekolah dasar. Kepedulian harus ditanamkan sejak dini. Selain terkait sampah itu sendiri, juga bisa diajarkan cara mengelompokan sampah seperti yang sudah berjalan di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan. Anak-anak di Jepang sudah dibiasakan membuang sampah sesuai jenisnya.

Masalah sampah ini, bukan hanya masalah pemerintah, tetapi masalah kita bersama. Jika masing-masing pribadi ikut terlibat dalam mengurangi sampah, maka tentunya usaha pengurangan limbah sampah ini menjadi lebih maksimal.

Mari kita kurangi sampah plastik bersama-sama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun