Mohon tunggu...
arthur
arthur Mohon Tunggu... Wiraswasta - .

manusia biasa yang belum masak dan senang menulis..berharap bisa berbagi informasi lewat kacamata sempit, yang tersimpan diruang kecil di bagian otak saya....mencoba meramu masakan hidup dalam aliran kata-kata, dari bahan berupa mata, telinga, hidung, mulut, dan hati....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Said I Love You (Malaysia) But I Lied

31 Agustus 2010   23:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat lagu Said I Love You But I Lied yang dinyanyikan Michael Bolton? Bagus bukan?. Lirik puitis diiringi alunan musik nan lembut, membuat lagu produksi tahun 1993 dari album ‘The One Thing’, menjadi teman yang sempurna sambil menikmati segelas kopi dan kudapan. Santai di tengah berita tegangnya hubungan Indonesia-Malaysia.

Boleh dibilang, Indonesia itu butuh-gak-butuh dengan Malaysia. Selalu ada simbiosis mutualisme di dalam pertemanannya. Balance, menguntungkan kedua belah pihak. Tapi, tindakan semena-mena Malaysia membuat kita gerah. Mau tak mau, suka tak suka, konfrontasi dengan Malaysia yang dimulai sejak 1961, harus ditambah dalam catatan panjang buku sejarah kita.

Bila membaca kisah demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur pada 17 September 1963, wajar saja bila membangkitkan kemurkaan Presiden Soekarno. Tindakan para demonstran yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, tidak bisa diterima. Perasaan geram dan dilecehkan, tentulah muncul dalam diri anak bangsa. Tak salah bila Presiden Soekarno melancarkan gerakan Ganyang Malaysia yang diploklamirkan dalam pidato 12 April 1963, sebagai bentuk penolakan dan perlawanan terhadap Malaysia yang memandang remeh Indonesia. Kobaran semangat dalam kata-kata pemimpin negara, mampu menyalakan api perjuangan untuk mempertahankan tumpah darah Indonesia. Langkah Presiden Soekarno untuk mempertahankan harkat martabat negara ini, tertuang pula dalam perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1963. Beliau juga berani mengambil langkah tegas dengan menarik Indonesia dari keikutsertaan dalam PBB pada 20 Januari 1965, saat Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap PBB. Bahkan, Presiden Soekarno menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Force) di Senayan, Jakarta, pada 10-22 November 1963, untuk menunjukkan di mata dunia bahwa Indonesia mampu tegak berdiri meski keluar dari PBB. Langkah yang diambil Soekarno terbukti tepat. Sebanyak 2.250 atlit dari 48 negara ikut serta dengan liputan oleh sekitar 500 wartawan asing. Konfrontasi dituntaskan dalam nota perjanjian perdamaian 11 Agustus 1966.

Usaikah? Ternyata, perjanjian hanyalah perjanjian. Banyak catatan kasus pelanggaran yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia hingga saat ini. Sebut saja pencaplokan wilayah Ambalat. Pencurian ikan di perairan Indonesia (untuk pencurian di wilayah Kalbar saja mencapai 20 Triliun). Mengklaim lagu Rasa Sayange, Tari Pendet, Reog Ponorogo, dan Batik. Terbaru dan membuat kita menggeleng kepala adalah penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia di Pulau Bintan oleh Kapal Patroli Polisi Diraja Malaysia.

Marah, ekspresi tepat yang bisa kita lakukan atas tindakan Malaysia. Anak bangsa mana yang tidak marah bila diperlakukan seperti itu?. Anak bangsa mana yang tidak mendidih darahnya?. Siapa yang tidak naik pitam bila ada yang berlaku kurang ajar?.

Jadi, apa yang harus kita lakukan?....Perang?....Eits, tunggu dulu, kawan. Ini bukan masa penjajahan. Perang itu bukan hal yang gampang untuk dilakukan. Perang itu bukan hanya berteriak kutumbamba sambil cengengesan dan garuk kepala. Bukan pula pamer baju dengan tulisan dan warna seragam sambil berkacak pinggang. Perang itu penderitaan. Perang itu sengsara. Bukankah banyak contoh yang sering dilihat di layar televisi kita?. Sebagai orang berpendidikan dan memiliki agama, tak perlu kita angkat senjata. Selalu ada cara santun untuk bertindak. Lakukan diplomasi dengan berpegang pada bukti kongkret. Semoga pemimpin negara kita bisa melakukan diplomasi tanpa gencatan senjata, dan memiliki ketegasan bersikap dalam mempertahankan harkat dan martabat di mata dunia.

Produk Malaysia

Terlepas dari konfrontasi yang terjadi, tak bisa dipungkiri bahwa Malaysia memberikan banyak kontribusi untuk pembangunan di Indonesia. Investasi dalam bidang perbankan dan perkebunan ikut menjalankan roda ekonomi. Terlebih, perekrutan tenaga kerja di negaranya. Jumlah pengangguran di negara sendiri berkurang, tercipta peningkatan taraf hidup para TKI dan keluarganya, solusi untuk mengatasi kemiskinan terpecahkan, dan banyak peningkatan lainnya (biasanya catatan prestasi ini bisa kita lihat dalam laporan kerja pemerintah. Kebenarannya?, entahlah). Devisa yang diperoleh dari para TKI yang berkerja di negeri jiran itu, membuat banyak pengambil kebijakan di Indonesia tersenyum. Lalu, Said I Love You (Malaysia). Karena hubungan yang sedikit memanas dan atas nama membela negara, banyak pengambil kebijakan harus menahan senyum mereka. Ketika dihampiri dan ditanya apakah baik-baik saja, mereka pasti mengangguk. Namun, saat berbalik dan meninggalkan mereka melanjutkan kerjanya, dengan perlahan mereka berkata : But I Lied.

Lagu yang sama mungkin dinyanyikan oleh masyarakat di wilayah perbatasan yang ada di Kalimantan Barat. Seperti Jagoi Babang di Bengkayang, Aruk-Sajingan di Sambas, Entikong di Sanggau, Lubuk Antu di Kapuas Hulu, dan Ketungau di Sintang. Bagaimana tidak. Makanan dan minuman yang beredar di kampung mereka, lebih banyak produk yang berasal dari Malaysia. Gula dan beras dibeli masyarakat dari Malaysia. Minyak untuk menggoreng makanan dibeli dari Malaysia. Sabun mandi dan shampo dari Malaysia. Bahkan, baju yang dikenakan sehari-hari, biasanya dibeli dengan murah dari ROMA (ROmbengan MAlaysia), yang dijual di lapak dagangan pinggir jalan. Saya yakin, renggangnya hubungan Indonesia-Malaysia membuat mereka kecewa. Sebagai penghapus lara, mereka menyanyikan Said I Love You (Malaysia) But I Lied, dengan penuh cucuran air mata.

****

You are the candle, love's the flame
A fire that burns through wind and rain
Shine your light on this heart of mine
Till the end of time
You came to me like the dawn through the night
Just shinin' like the sun
Out of my dreams and into my life
You are the one, you are the one

Said I loved you but I lied
'Cause this is more than love I feel inside
Said I loved you but I was wrong
'Cause love could never ever feel so strong
Said I loved you but I lied

With all my soul I've tried in vain
How can mere words my heart explain
This taste of heaven so deep so true
I've found in you
So many reasons in so many ways
My life has just begun
Need you forever, I need you to stay
You are the one, you are the one

You came to me like the dawn through the night
Just shinin' like the sun
Out of my dreams and into my life
You are the one, you are the one

Said I loved you
But this is more than love I feel inside
Said I loved you....But I lied

****

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun