Siapa sosok calon wakil presiden pendamping Jokowi, saya yakin hanya Pak Joko dan Megawati Soekarnoputri yang tahu. Dan, menurut hemat saya, pada keduanyalah kelak akan ditentukan sosok definitifnya. Keduanya saling punya trust yang tinggi.
Pak Jokowi dikenal sangat santun, beradab bak santri pondok, yang selalu menghormati orang tua. Dan, kedudukan politik Megawati pada diri Jokowi, disetarakannya dengan ibu kandung dan istrinya meski pada porsi dan proporsi yang berbeda. Kalau sudah menyangkut bangsa dan negara, saya yakin ketiganya menjadi acuan sikap dan tindakannya.
Untuk urusan pencalonan presiden, saya yakin Pak Jokowi akan memilih sosok yang punya modal sikap kenegarawanan. Berkaca pada kiprah politiknya di Solo dan DKI, saya yakin kriteria pendampingnya mendekati Pak FX Hadi Rudyatmo,dan Pak Basuki Ahok Tjahaja Purnama.
Saya meyakini demikian, sebab watak berbagi tugas/pekerjaan yang dimiliki Pak Jokowi pasti akan diterapkannya dalam konteks tugas-tugas kenegaraan. Pak Rudy adalah tipe politisi pekerja yang tak hirau publikasi, tapi mrantasi alias sanggup membereskan persoalan-persoalan yang tak bisa dihadapi dengan cara konvensional dan terbuka. ‘Dunia malam’ dan sisi ‘potensi masalah bawah tanah’, diurusnya dengan efektif.
Situasi Solo, tentu berbeda dengan Jakarta, sehingga sosok seperti Pak Ahok bisa melengkapi. Tegas dan ceplas-ceplosnya dibutuhkan untuk menghadapi kultur ibukota yang keras, baik terhadap internal pemerintahan maupun dalam pola relasi keluar, dalam hal ini publik dan para pemangku kepentingan, termasuk preman-preman di ibukota.
Saya yakin, Pak Jokowi butuh orang yang dipercayainya mau diajak kerja, dan tidak akan menyelewengkan kepercayaan yang diberikannya, jika kelak dikehendaki rakyat memimpin Indonesia. Kepada Bu Megawati, saya menduga Pak Joko pun akan menuntut kepercayaan penuhnya, dengan dalih dialah ‘pengguna’ sesungguhnya, sehingga harus nyaman bekerja sama, untuk bangsa Indonesia.
Benefit yang dijanjikannya kepada Mega, jika ia mampu bekerja dengan nyaman, maka hasilnya akan optimal dan bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Walhasil, publik akan menilai positif langkah Mega menunjuk dirinya, yang hampir bisa dipastikan akan berdampak positif berupa munculnya kepercayaan publik kepada PDI Perjuangan.
Ya. Pak Jokowi akan #cariyangkerja dan #cariyangbersih. Coba simak baik-baik, apa yang dilakukan selama ini. Di pemilihan gubernur Jawa Barat, misalnya, Gubernur DKI itu berkampanye total untuk kemenangan pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki. Keduanya dikenal bersih, memiliki keberpihakan kepada masyarakat kecil yang cukup jelas. Bahkan, kiprah Teten pada gerakan antikorupsi, tak ada yang bisa menyangkalnya. Meski keduanya dinilai banyak pihak sebagai ‘politisi muda’ bakan diragukan, nyatanya keduanya didukung publik sehingga perolehan suaranya cukup signifikan. Konon, di internal PDI Perjuangan memerkirakan pasangan itu hanya berada di urutan ketiga dalam perolehan suara.
Contoh lain, adalah totalitas dukungan Jokowi kepada Ganjar Pranowo dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah. Kehadirannya sebagai juru kampanye untuk pasangan Ganjar/Heru menunjukkan komitmennya kepada orang muda, bersih dan pendobrak perubahan.
Seorang Jokowi, setahu saya, tidak pernah mau datang berkampanye untuk kandidat kepala daerah (gubernur/bupati/walikota), jika seseorang itu tidak diyakininya bersih dan mau bekerja untuk rakyat, bangsa dan negara, kendati mereka diusung PDI Perjuangan. Saya membuktikan sendiri ketika terlibat dalam sebuah kerja pemenangan kandidat gubernur dan walikota di dua pulau berbeda, dan kebetulan sama-sama tidak diusung PDI Perjuangan.
Di kedua daerah tersebut, pimpinan PDI Perjuangan setempat dan tim pemenangan kandidat bahkan menyatakan kepada publik (lewat konperensi pers), bahwa Jokowi akan hadir sebagai juru kampanye. Di kedua daerah tersebut, saya tanya sana-sini mengenai rekam jejak kandidat. Kebetulan, keduanya sama-sama tak bisa disebut ‘bersih’. Lalu, saya ceritakan kepada ‘klien’, bahwa saya menjamin Pak Jokowi tak akan datang sebagai juru kampanye. Bahkan, saya berani mengajak bertaruh potong jari jika Pak Joko hadir. Terbukti kemudian, Pak Jokowi tidak hadir sebagai jurkam.
Nah, terkait siapa kandidat wakil yang kelak ‘dipilih’ Pak Jokowi, silakan telisik sendiri. Siapa yang dikenal bersih dan mau kerja, itulah yang akan dipilihnya. Ia bisa berasal dari partai (mungkin diusung partai lain), atau profesional, atau tokoh publik atau aktivis. Dan, untuk urusan beginian, Pak Jokowi tak akan melakukan tawar-menawar. Ia sosok keras kepala kalau sudah menyangkut pekerjaan dan integritas seseorang. Mari kita tunggu saja…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H