Dalam gerimis rahmad Mu Ya Allah
Engkau panggil kembali milikMu
Pengukir jiwaku
Wasilah penyentuh hidayahku
Guru bangsa kami yang berhias kesahajaan
Berkaca-kaca mata ini menahan haru
Teriring lagu syahdu pahlawanku
Semua mata memandang dengan haru
Semua hati sibuk berharu biru
Semua lisan mengungkit kearifan pribadi yang syahdu
Allah membuka mata qalbu
Sbagai bukti drajat kewalian dirimu
Indonesia berduka
Bangsa tak percaya
Bumi pertiwi merana
Kehilangan yang tercinta
Seorang waliyulloh yang penuh mahabbah tlah tiada
Gus ...
Lima belas tahun lalu aku melihatmu
bersimpuh, khusyu' tenggelam dalam doamu
Dihadapan pusara ayahanda dan ibu
Berbaur dengan santri-santri lugu
Menebar hikmah dalam qalbu
Gus ...
Tlah kau ukir kisahmu dengan tinta emas
Dalam mencoba bangunkan ibu pertiwi yang slalu memelas
Untuk coba tegakkan kepala dengan lugas
Berhias kebanggaan pertiwi yang sejajar setara
Pertiwi ini pasti bisa, katamu ...
Bangsa ini pasti mampu, ucapmu ...
Dalam slogan sederhana yang slalu menusuk jiwa
Slamat jalan gus ...
Semoga Ridho Allah disisimu
Semoga aku masuk dalam hatimu
Sbagai wasilah untaian mahabbah Rasululloh
Dan turunnya Rahmad Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H