Mohon tunggu...
Demoda Suparto
Demoda Suparto Mohon Tunggu... -

manusia adalah manusia....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan Bukan Pemarah

10 Januari 2012   09:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

Inilah sepotong bait lagi karya Ebiet G. Ade, Berita Kepada Kawan. Lagu ini sering diperdendangkaan kala bencana alam menimpa tanah air. Sangat menyayat hati dan memunyai makna yang amat dalam. Mampu membawa kita yang jauh dari lokasi bencana seolah-olah berada di antara mereka yang tertimpa bencana alam. Namun, lirik lagu tersebut penuh dengan keganjilan. Menggambarkan bahwa Tuhan itu “pemarah” dan “mengutuk” manusia dengan bencana alam.

Sungguh sangat ironis sekali jika kita menyepakati lirik lagu tersebut. Seringkali kita mendengar ucapan, “Tuhan itu Maha Penyayang, Maha Kasih.” Jika kita kaitkan lagu tersebut dengan bencana alam, hal ini seolah-olah menegasikan sifat Ketuhanan. Ternyata, Tuhan itu “pendendam, pemarah”. Tuhan “inkonsisten” dengan sifat-sifat Ketuhanan yang dimilikinya.

Tuhan juga bisa dikatakan tak adil jika bencana alam dikatakkan sebagai kutukan Ilahi. Ya, karena manusia banyak berbuat dosa. Ini sangat tidak adil. Artinya, mereka yang tinggal di daerah rawan bencana alam banyak berbuat dosa. Padahal, mereka tak tahu apa-apa. Dosa bertumpuk di tempat lain tapi mereka bisa tenang-tenang saja. Jika demikian adanya, Tuhan “tidak adil” dalam hal ini. Harusnya siapa yng berdosa lah yang dapat hukuman, bukan mereka yang memang tinggal di daerah rawan bencana.

Tinggalkan lagi Ebiet tentang bencana alam ini. itu sangat mengusik rasa keadilan bagi masyarakat yang tinggal di daerah bencana. Juga menegakan kalau Tuhan itu “pemarah, pendendam”. Bencana alam bukan terkait dosa atau alam yang enggan berteman dengan manusia. Itu proses alamiah yang mana manusia tak dapat mencegahnya, hanya bisa mengakalainya dengan persiapan matang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun