Mohon tunggu...
Rajni Anta
Rajni Anta Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena "Sound Horeg", Hiburan Rakyat yang Menggelegar

13 Agustus 2024   05:10 Diperbarui: 14 Agustus 2024   14:09 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Truk sound pengangkut sound sistem yang disewa warga Desa Babad, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak, diparkiran di halaman Polres Demak, Senin (8/4/2024). (KOMPAS.COM/NUR ZAIDI)

Fenomena "sound horeg" telah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai acara masyarakat di Indonesia, terutama di daerah Jawa Timur. 

Istilah "horeg" sendiri merujuk pada getaran yang diakibatkan oleh suara sangat keras dari dihasilkan dari sound system berkekuatan besar. 

Fenomena ini, yang kerap memicu perdebatan antara mereka yang menikmatinya dan yang merasa terganggu, memiliki sejarah dan dampak ekonomi yang menarik untuk ditelusuri. 

Awal Mula Sound Horeg

Fenomena sound horeg bermula dari tradisi takbir keliling di beberapa daerah di Indonesia.

Takbir keliling adalah acara keagamaan yang biasanya dilakukan pada malam Hari Raya umat Islam. Di mana masyarakat mengelilingi kota atau desa sambil mengumandangkan takbir. 

Awalnya, kendaraan pickup atau truk yang dilengkapi dengan sound system digunakan untuk mengiringi acara ini, sehingga menghasilkan suara yang menggelegar.

Gambar: blok-a.com
Gambar: blok-a.com

Dari tradisi ini, sound horeg kemudian berkembang menjadi hiburan yang lebih modern, seperti musik live DJ dan karnaval, di mana sound system besar menjadi daya tarik utama. 

Tahun 2019 menjadi titik awal ledakan popularitas sound horeg, yang terus berlanjut meskipun sempat terhenti selama pandemi COVID-19.

Setelah pandemi, sound horeg kembali muncul dengan lebih besar dan lebih meriah, sering kali menjadi bagian dari berbagai acara, seperti hajatan, bersih desa, dan penggalangan dana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun