Gaya hidup di era digital membuat setiap orang harus berhitung dalam pengelolaan sumber keuangan. Istilah pribahasa lama, "jangan sampai besar pasak daripada tiang." Namun godaan aktualisasi diri, terlihat modis, dan gaya hidup berlebihan, membuat seseorang menjadi lupa diri.
Secara umum, gaya hidup adalah cara hidup seseorang menjalani kehidupannya sehari-hari, mencakup kebiasaan, aktivitas, dan pilihan hidup. Gaya hidup seseorang juga berbeda dan sangat bervariasi antara individu, tergantung pada nilai, budaya, dan lingkungan tempat tinggal.
Gaya hidup Flexing yang sering diperlihatkan di media sosial oleh para publik figur seperti artis, bahkan keluarga pejabat negara. Menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat yang hidup pas-pasan, namun ingin bergaya hidup mewah.
Pamer gaya hidup mewah palsu di medsos, membuat seseorang terjebak dengan prilaku yang merugikan dirinya dan keluarga secara finasial. Fenomena ini telah menjadi tren yang semakin marak di era serba digital, dimana seseorang berlomba-lomba menunjukkan gaya hidup mewah mereka.
Dengan gaya hidup flexing yang di pamerkan di media sosial, membuat masyarakat miskin dan kelas menengah, berdampak negatif berupa kecemburuan sosial, tekanan finansial berupa memaksakan diri membeli barang mewah sampai dengan berhutang, untuk mengikuti tren dan gaya hidup diatas kemampuan.
Selain itu terjadi distorsi nilai, yang dapat mengubah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dimana keberhasilan seseorang diukur berdasarkan materi dan penampilan. Bukan didasarkan atas kualitas kemampuan intelektual pribadi, atau konstribusi sosial.
Gaya hidup adalah maut
Sahabat Kompasianer yang budiman, gaya hidup adalah maut, hanyalah istilah yang mengungkap bahaya di balik trend modern. Gaya hidup merupakan cerminan dan kebiasaan, minat, dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
Namun, ada kalanya gaya hidup tertentu dapat membawa dampak negatif yang serius, bahkan mematikan. Istilah "gaya hidup adalah maut" menggambarkan bagaimana pilihan gaya hidup yang tidak sehat atau berlebihan dapat berujung pada konsekuensi fatal.
Penyebab gaya hidup berbahaya, sebagai berikut :
- Konsumsi berlebihan : Gaya hidup konsumtif yang berlebihan, seperti makanan cepat saji, mengkomsumsi minuman beralkohol, merokok, dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan kanker.
- Kurangnya aktivitas fisik : pola hidup yang minim aktivitas fisik, seperti terlalu banyak duduk dan bekerja di depan komputer tanpa aktivitas olahraga, dapat menyumbang resiko obesitas dan penyakit.
- Stress dan kesehatan mental : tekanan untuk selalu tampil wah dan sempurna, terlihat sukses di media sosial dapat menyebabkan stress, kecemasan, dan depresi.
Cara mengatasi gaya hidup berbahaya, bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Edukasi dan kesadaran : Meningkatkan kesadaran diri tentang pentingnya gaya hidup sehat, dan tidak terjebak dengan fleksing di media sosial melalui edukasi dan kampanye kesehatan.
- Aktivitas fisik : Mengintegrasikan aktivitas fisik dalam rutinitas harian, dengan berolah raga seperti berjalan kaki, bersepeda, ataupun berolahraga secara teratur.
- Manajemen stres : Mengembangkan teknik manajemen stres dengan melakukan kegiatan seperti meditasi, yoga, atau konseling, untuk menjaga kesehatan mental dan emosional. Dimedia sosial seperti youtube, juga banyak konten creator yang membantu mengatasi stress akibat gaya hidup berujung penipuan.
Fraud Media Sosial
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!