Saat selesai ulangan semesteran, guru dan Kepala Sekolah menjadi heboh di ruang kantor. Mereka ribut, karena hampir semua mata pelajaran saya mendapatkan nilai seratus.Â
"Ini pasti ada yang membocorkan soal ulangan!, " Kata Kepala Sekolah mempertanyakan hasil nilai ulangan yang saya peroleh kepada guru, terutama wali kelas saya.
Namun, mereka sendiri juga bingung. Karena semua guru, tidak ada yang merasa  membocorkan soal ulangan, yang dituduhkan Kepala Sekolah.Â
Akhirnya, para guru dan Kepala Sekolah mendatangi kelasku. Mereka mempertanyakan, bagaimana saya bisa mendapatkan nilai seratus hampir di semua mata pelajaran. Apakah saya mendapatkan contekan, bocoran soal ulangan dari guru?.Â
Diluar dugaan mereka, saya menjawab, "tidak ada guru yang memberikan contekan atau membocorkan soal ulangan." Saya menjelaskan dengan para guru dan Kepala Sekolah yang saya kerjakan di rumah dengan membuat soal ulangan dari buku mata pelajaran yang ada. Â
Di zaman dulu, buku pelajaran siswa semua berasal dari Balai pustaka, belum ada buku pendamping dan penunjang. Sehingga setiap mata pelajaran, hanya menggunakan satu buku wajib dari balai pustaka.Â
***
Para guru dan Kepala Sekolah sampai geleng-geleng kepala dengan cara belajar saya, yang mungkin menurut mereka kemampuan menyusun soal ulangan yang dibuat tersebut tidak semua terpikir oleh anak seusia SD. Bahkan soal yang dibuat keluar semua di saat ulangan.
Dari Kepala Sekolah berujar, " Ini otak profesor, masa soal yang dibuatnya benar semua, dan hanya sedikit meleset!". Hanya ulangan matematika dan PMP yang mendapatkan nilai 90, yang lainnya 100.
Akhirnya ucapan Kepala Sekolah yang di dengar oleh teman-teman sekelas tersebut, membuat saya di gelari "Profesor" oleh teman sekelas, dan kelas lainnya yang ikut-ikutan, karena perolehan nilai ulangan tersebut. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H