Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Guru Ramli

15 Juli 2024   15:52 Diperbarui: 15 Juli 2024   15:57 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Ramli berdiri menatap sekolah tempatnya mengajar di Pulau Sebatik, perbatasan Indonesia. | Dokumen Pribadi

"Ini bukan bagaimana membuat anak didik menjadi anak berpendidikan seperti di Finlandia. Tapi ini panggilan jiwa, mencerdaskan anak bangsa, kesamaan dan kesetaraan, kecerdasan itu bukan terletak di Kota dan di desa, setiap anak itu unik, dia menjadi cerdas, menjadi dirinya sendiri." 

Terakhir kali, Aku mengajar anak ini saat di bangku kelas 4 SD, yang berada di kampung Karangan. Anaknya pendiam, namun berbakat di bidang Matematika. Katanya, anak pendiam, pintar di bidang ilmu sains dan ilmu pasti. "Bisa jadi?." 

Namanya, Ramli. Ia jadi muridku saat bertugas di kampung karangan, di tahun pertama. Aku tidak lama bertugas di sana, sekitar dua tahun. Setelah itu, Aku tidak pernah bertemu lagi dengan Ramli, anak yang jago Matematika tersebut.

Aku sadar, banyak anak yang berada di pelosok, jauh dari perkotaan, tetapi mempunyai potensi diri yang tinggi, mempunyai kecerdasan dan berbakat. 

Baca juga: Guru-guru Perantau

"Pak guru, nanti malam jalan-jalan kerumah. Tadi siang, saya mencabut singkong di kebun. Buat kita ngobrol di rumah, sambil nonton televisi, dan juga ngopi Pak guru, hehehe." tutur Pak Hama, dengan ketawanya yang khas.

Beliau sangat ramah, dan selalu mampir kerumahku yang berada di pinggir jalan umum. Selepas pulang dari kebun, atau sekedar bertamu di malam hari selepas magrib. 

***

Sileut berada di Pulau Derawan yang ada di Kabupaten Berau  | Dokumen pribadi
Sileut berada di Pulau Derawan yang ada di Kabupaten Berau  | Dokumen pribadi

Baca juga: Jelmaan Parakang

Ingatanku sepuluh tahun yang lalu, serasa terbangun kembali. Sosok anak muda, menegurku setengah berbisik. Aku duduk tepat berhadapan, saat menaiki sebuah angkot. 

"Pak Riduan ya?," sapa anak muda itu sambil tersenyum.

"Iya, siapa ya?," jawabku sambil mengingat-ngingat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun