Rumah dinas sekolah yang kudiami bersama keluarga selama 16 tahun, akhirnya dibongkar hari ini.
Rumah tersebut, mulai kudiami tahun 2007 sejak saya pindah tugas dari kabupaten berau.Â
Sebuah rumah bagi sebagian orang, banyak menyimpan kenangan. Kenangan masa kecil, bagi anak-anak yang dilahirkan di rumah tersebut. Mereka tumbuh besar, di rumah dinas sederhana yang terbuat dari kayu.Â
Rumah dinas sekolah tersebut, saya tempati setelah mengganti perbaikan rumah yang dilakukan oleh seorang guru yang sudah memiliki rumah sendiri.
Konon, ada tiga guru yang menempati rumah yang berdiri sejak tahun 1979 tersebut. Keluarga pertama, Pak Sapri yang juga menempati rumah tersebut puluhan tahun. Kemudian dilanjutkan Ibu Radiah menempatinya. Dan terakhir, saya bersama keluarga menempatinya selama 16 tahun.Â
***
Keduanya, sudah meninggal dunia karena sakit. Pak Sapri, meninggal dunia karena diabetes akut. Sedangkan Ibu Radiah, meninggal karena Covid-19, setelah sebulan pensiun. Semoga amal ibadah dan jasa beliau berdua mencerdaskan anak bangsa, menjadi amal jariah di negeri akhirat. Amin.
Saya hampir setahun lebih, pindah dari rumah dinas sekolah, karena ditugaskan sebagai Kepala Sekolah, di tempat tugas baru. Sudah tidak mengajar lagi di SD tersebut, tentu tidak enak tinggal di rumah dinas sekolah yang ditempati oleh guru dan pegawai yang bertugas disana.
Ada empat pintu rumah dinas sekolah, yang terdiri dari dua buah bangunan yang berbentuk bangsalan. Terakhir, saya bersama keluarga menempati rumah tersebut. Ketiga pintu lainnya sudah kosong, disebabkan penghuninya pensiun.Â