Saya pernah mengikuti sebuah kursus menulis, membaca buku tentang menulis, terutama yang berkenaan menulis fiksi. Apa yang terjadi?. Banyak ide, yang ingin saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Tapi, tidak pernah jadi sebuah cerpen, karena menjadi overthinking.Â
Apa itu overthinking?. Overthinking adalah kecenderungan untuk memikirkan sesuatu secara berlebihan dan berulang-ulang. Sehingga membuat terjebak dalam pikiran yang sulit dihentikan, dan bisa berdampak mengganggu mental dan emosional seseorang.
Kadang, saya menulis dengan baik, mencoba memenuhi kaidah penulisan sesuai EYD. Ternyata, disisi lain dalam pemilihan kalimat metafora ataupun majasnya yang salah. karena di dalam menulis cerpen, banyak unsur yang harus diperhatikan untuk mendapatkan sebuah cerpen berkualitas dan bernilai sastra.
Refleksi utama, saat saya menulis cerita fiksi adalah memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat yang saya rangkai menjadi sebuah paragraf yang memunculkan sebuah ide pikiran.
Menulis cerpen tidak bisa asal menulis, apalagi clikbait. Antara judul dan isi tidak nyambung. Ibarat kaleng biskuit, yang harusnya diisi dengan biskuit juga, tapi malah diisi dengan rengginang.Â
Menulis artikel di Kompasiana dengan menggunakan judul yang menjebak, bisa meledak dengan pembaca yang bisa sampai ratusan ribu. Namun, di katagori fiksiana, mendapatkan pembaca ratusan di kompasiana sangat sulit. Walaupun tulisan fiksi tersebut, dinaikkan oleh Admin-K, menjadi Artikel Utama (AU).