Mugirotin, diangkat menjadi Pengawas SMP di wilayah kecamatan, waktu menjadi guru. Tapi, dia membuktikan dirinya mampu menjadi pengawas. Sedikit bicara, tetapi banyak kerja.Â
Mendampingi sekolah, menjadi mentor yang diadakan oleh sekolah sebagai narasumber. Mugirotin, menjalankan tugas Pengawas dengan baik.Â
Mugirotin menjadi katak tuli. Dia tidak peduli dengan komentar negatif dan pesimisme orang lain, yang meragukan kemampuan dirinya. Katanya, fokus saja pada tujuan, tanpa terganggu pendapat orang lain.Â
"Jangan belum apa-apa, mengeluh, protes, pesimis. Terkadang kita mudah memberikan penilaian kepada orang lain, sementara tanpa memberikan solusi yang kongrit."Â
"Kalau tidak bisa kasih solusi, kan sama saja, omon-omon, gitukan Mbak Mugirotin?." sergah Gita.
"Nah, cerdas, seratus buat mu dik!." balas mugirotin.
***
Akhirnya pertemuan Guru Penggerak tersebut berakhir. Disudut kafe yang hangat, aroma kopi dan kehangatan telah menemani mereka.Â
Seperti halaman buku, banyak cerita yang beragam, saat mereka bertemu dan berkumpul. Ada yang seperti kopi hitam, tegas dan penuh pengalaman. Â Ada yang seperti cappucino, berwarna-warni, gundah gulana, dan penuh cerita.
Dan, ada juga yang seperti latte, tenang dan mendalam, merenung diantara setiap tegukkan. Disana mereka, bukan hanya berbicara tentang guru penggerak, dan Kurikulum dan dinamika sekolah, tetapi juga tentang mimpi, tantangan dan perjalanan hidup.Â
Kafe tempat mereka ngumpul, menjadi panggung, dimana setiap cangkir mengandung lebih dari sekedar kafein, ia mengandung inspirasi, persahabatan, dan semangat untuk terus berkarya.(*)