"Pak Hafidkan penulis, tulis dong juga tentang Guru Penggerak. Kalau tokoh zaman dulu, mereka berdebat dan menjawab sebuah tulisan dengan tulisan pula. Opini dengan opini pula." celetuk Pak Denny.
Pria berkacamata dengan tubuh gemuk tersebut, merupakan guru penggerak yang diangkat menjadi Kepala Sekolah, diangkatan pertama sebagai Guru Penggerak. Dan ditempatkan menjadi Kepala Sekolah dasar (SD), dengan jumlah guru dan muridnya yang banyak.Â
***
Setiap sabtu, diakhir bulan, mereka selalu berkumpul. Membahas perkembangan dan permasalahan seputar guru penggerak. Juga memecahkan masalah yang terjadi di sekolah masing-masing, baik sebagai guru, Kepala Sekolah ataupun pengawas.
"Menurut saya, justru sekarang Guru Penggerak, malah di bully mas Ketua."
"Kok bisa?." tanya Mas hidayat, yang merupakan Ketua Komunitas Guru penggerak.
"Saya mendapatkan laporan dari beberapa teman guru penggerak yang masih honor ataupun PPPK, mereka mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pimpinan, ataupun teman sejawat."
"Bentuknya seperti apa Pak?."
"Misalnya, Ibu Dessy, guru penggerak honor di SD Negeri 004 Sinar pagi, selalu dianggap salah oleh teman sejawatnya. Dianggap sok tahu, dan sok pintar!." jelas Pak Muji, yang sekolahnya satu kecamatan dengannya.
" Jadi begini Pak, semua masalah yang terjadi dan dialami oleh teman GP, kita inventaris, dicari fakta dan kebenarannya. Jangan sampai menjadi fitnah dan Hoak." Jawab Mas Hidayat dengan bijak.
"Bila ada teman yang bermasalah, kita dampingi dan berikan motivasi dan semangatnya, kalaupun ada yang keliru, kita juga bisa memberikan pandangan, arahan, tanpa harus menggurui bapak-bapak dan Ibu sekalian."