"Biasa itu Pak guru, warga menuntut Ka.UPT memberikan pupuk kepada mereka. Karena jatah pupuk bulan ini belum datang. Selain itu juga jatah kebutuhan sembako berupa minyak makan, tanah, gula, dan beras, untuk jatah sebulan harus dipenuhi."
"Oh begitu ya Pak."
"Mereka, pasti menuntut Pak Badrun, kalau jatah mereka terlambat. Karena kebutuhan mereka selama lima tahun pertama di pemukiman transmigrasi ini di jamin oleh pemerintah." jelas Pak Deny.
Mereka bertiga berbicara pelan, takut percakapannya terdengar oleh warga. Warga yang tadi datang menemui Pak Badrun terdengar emosi juga mulai tenang.
"Jangan kuatir Bapak-bapak, jatah bulan ini akan sampai dalam beberapa hari kedepan. Karena jalanan yang rusak, dan musim hujan, itu penyebab logistik warga terhambat, tolong bapak-bapak sedikit bersabar." jelas Pak Badrun.
Warga yang tadinya datang dengan penuh emosi, akhirnya, pulang bersalaman dengan Pak Badrun dan Elfiduan, sebagai stapnya. Kampung transmigrasi ini, warganya majemuk, terdiri berbagai suku dan latar belakang yang berbeda.
Sehingga, seorang Kepala unit pemukiman transmigrasi harus bijaksana, bisa merangkul dan tidak membedakan semua suku dan golongan yang berbeda bahasa, agama, dan juga latar belakangnya. Agar tercipta, kerukunan dan toleransi antar sesama warga. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H