Ada jutaan orang yang sepertiku. Tetap bekerja, tidak ada hari libur, walau itu dihari lebaran, saatnya berkunjung, bermaafan dengan orang tua, keluarga, dan sanak handai taulan.
Mau apalagi, Pekerja paruh waktu, bisa juga hanya Karyawan magang. Tapi aku tetap bersyukur, bisa bekerja sebagai Crew disebuah restoran cepat saji.
Sulitnya mencari lapangan pekerjaan saat ini, memaksa diriku untuk tidak memilah dan memilih untuk bekerja. Kadang, ketika aku membaca sebuah medsos, yang isinya keluh-kesah urusan gaji guru, dosen, membuatku berpikir ulang melanjutkan kuliah pencetak tenaga pendidik.
Aku berpikir, "mungkin jadi guru enak ya?, apa lagi jadi seorang dosen?." Kerjanya tidak seharian, hanya separuh hari. Ada hari libur, ada hari cuti. Ada gaji tetap, sesuai UMR, ada insentif, dan tunjangan lainnya."
Tidak sepertiku, jam kerja tidak menentu. Kadang masuk pagi, pulang malam. Atau masuk sore, pulangnya dinihari menjelang shubuh. Kerja membersihkan piring-piring kotor, membersihkan ruang restoran. Terkadang memasak makanan di dapur.
Bisa juga bertugas mengantarkan makanan ke pelanggan yang memesan secara delivery order. Jangan ditanya, kalau masalah capenya. Saat orang tidur nyenyak, Aku bekerja mencuci piring, membersihkan ruangan restoran, meja, kursi, dan lainnya sesuai standar kesehatan.
***
Aku berpikir ulang untuk mendaftar kuliah menjadi guru di sebuah Kampus ternama di kotaku, tahun ini. Yang bergaji 2-3 juta saja masih mengeluh. Belum lagi yang tenaga honorer dengan gaji dari sekolah, sampai 2-3 bulan baru gajian, menunggu dana sekolah baru cair.
Sampai muncul tagar dimedia sosial x, "tagar jangan jadi guru atau dosen. " Aku tidak ingin jadi generasi pengeluh, generasi yang hanya bisa menyalahkan, tanpa solusi.Â
Biarlah aku terus berjuang melawan godaan Morpheus, menjadi karyawan magang di restoran cepat saji. Membersihkan lantai, kaca restoran, merapikan kursi dan meja pelanggan.Â