Desa ini jauh dipelosok, terpencil, berada di kaki bukit Olale, hanya ada 2 guru honorer sekolah. Guru Merza, satu-satunya PNS yang juga merangkap Kepala Sekolah. Ditambah Pak Raja sebagai Paman sekolah merangkap guru juga.
***
Anak yang bersekolah di kampung kaki bukit Olale juga tidak banyak. Sekitar 23 orang dari kelas 1-6. Karena jumlah penduduknya juga hanya sedikit.
Diusianya yang beranjak senja, ia tetap bersemangat mengajar. Untuk mengusir kesunyian hidupnya, dengan mengajar Pak Raja bisa melupakannya.
Sesekali Pak Raja, duduk di sebuah batu diatas bukit Olale menjelang sore. Menulis syair-syair gurindam tujuh. Pak Raja dulunya, penyair ulung waktu mudanya. Karya sastra klasik melayu, mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda sekarang.
Bahkan banyak anak muda yang tidak mengetahui, apa itu gurindam tujuh, apalagi gurindam dua belas. Anak muda, sibuk dengan gawai, berhari-hari mengotak-atik layar hp.Â
***
"Itu anak dikota, tapi syukurlah, anak-anak di kampung kaki bukit senang membacakan syair-syair yang dibuat Pak Raja." gumamnya berbicara sendiri.
Apabila banyak berkata,
Disitulah banyak dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
Itulah tanda hampir duka.
Dan anak-anak sekolah sangat senang belajar menulis syair-syair gurindam tujuh yang diajarkan Pak Raja kepada mereka. Pak Raja penuh semangat membacakannya, didepan anak-anak sekolah.
Barang siapa rajin menuntut ilmu,
Hidup akan terang bagaikan matahari.
Tak kenal lelah dalam mencari pengetahuan,Â
Maka akan terbuka pintu kebijaksanaan.
***