Di balik kabut misteri yang menyelimuti lautan, Sang Nakhoda terlihat tenang. Ia mengamati arah kapal yang tengah terombang-ambing ditengah lautan. Kapalnya yang sudah renta juga tertiup angin dan ombak besar.Â
Ditengah lautan yang pekat, kapal itu berlayar bagai hantu dalam kegelapan, hanya gemerlap bintang sebagai penerang jalannya. Terdengar percakapan di dek kapal, sang pimpinan bercakap-cakap dengan beberapa anak buahnya.Â
"Sudah 28 hari kita terombang-ambing ditengah lautan, sementara jalan menuju jazirah Arab belum juga kita temukan. Tetaplah kuat saudara-saudaraku, kekuatan iman kita sedang di uji." Kata Sang pimpinan kapal sambil memutar roda kemudi.
"Benar Tamim, kita sudah melalui badai demi badai, dan yakinlah kita akan melewatinya lagi." Sahut Anak buahnya.Â
Lelaki yang disebut Tamim itu adalah Tamim Ad-Dari. Ia dulu seorang Pendeta Nasrani, yang tinggal di selatan Palestina. Sebuah desa yang dikuasai oleh keluarganya dari klan Bani al-dar.
"Sampai saat ini, kita belum bertemu satu pulau pun. berdoa saja, semoga kita diberikan jalan oleh Allah, dan segera bertemu daratan." Kata tamim Ad-Dari menguatkan teman-temannya.Â
***
Tamim Ad-Dari berlayar bersama 30 orang kru kapal dari Kabilah Lakhm dan Judzam. Ia beserta rombongannya memeluk Islam, setelah mendengar dakwah Rasulullah di Madinah, pada tahun ke-9 Hijriyah.
Hingga pada akhirnya, saat matahari terbenam dan langit berwarna jingga, mereka melihat bayangan sebuah pulau. Pulau itu tidak tercatat dalam peta manapun. Â Seolah-olah tersembunyi oleh kabut tebal yang misterius.
"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa menemukan sebuah pulau. Tapi pulau ini terasa begitu asing, Apa diantara kalian pernah singgah dipulau tersebut?." Tanya Tamim Ad-Dari pada kru kapal, yang merupakan bagian anak buahnya.