Jumlah guru penggerak sampai dengan Angkatan 8 yang sudah dinyatakan lulus adalah 35.561 orang dari data linimasa web guru penggerak yang ditampilkan oleh Kemendikbudristek.
Dan kebanyakan memang yang mengisi program pendidikan guru penggerak adalah guru-guru yang berusia muda, baru golongan 3A ataupun masih PPPK. Sedangkan guru-guru senior banyak terganjal dan terhenti langkahnya karena batasan usia 50 tahun.
Selain itu bagi guru senior yang ingin berkarir dan mengajukan dirinya menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas terhambat karena tidak memenuhi prasyarat menjadi Kepala Sekolah dan pengawas yang mengharuskan dari guru penggerak.
Sebenarnya walaupun lulusan guru penggerak, tidak mestinya juga setelah lulus menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas. Berdasarkan pengalaman saya sendiri dari Kepala Sekolah yang merupakan guru penggerak hanya sekian nol persen yang diangkat menjadi Kepala Sekolah.
Seorang guru penggerak yang diangkat menjadi Kepala Sekolah dan Pengawas harus sudah mempunyai sertifikat pendidik, golongan minimal 3B. Dan kebanyakan guru penggerak juga belum memiliki kedua syarat tersebut.
***
Di angkatan saya sendiri yaitu Angkatan 7 GP Kota Samarinda baru 7 orang yang diangkat sebagai Kepala Sekolah dari jumlah lulusan sebanyak 51 orang. Tentu tidak semua langsung diangkat tapi tetap harus memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan Permendibud Ristek Nomor 40 tahun 2021.
Diakhir tulisan ini saya memberikan catatan walaupun pembatasan usia dicabut dan telah dibatalkan oleh MA. Namun untuk mengikuti pendidikan CGP harus tetap melalui tahapan tes dan memperhatikan mutu lulusan GP yang sama diberlakukan bagi guru-guru setiap angkatannya yang telah berjalan selama ini.
Mengikuti pendidikan GP bukanlah hal mudah. Berbagai kemampuan dan kompetensi seorang guru profesional yang berkenaan dengan kemampuan IT juga harus dimiliki oleh seorang guru.
Selain itu kemauan yang kuat, tingkat disiplin mengikuti setiap kegiatan Pendidikan CGP juga menjadi bahan pertimbangan mengapa usia menjadi bagian batasan mengikuti pendidikan tersebut. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H