Banyak guru ingin menjadi Guru Penggerak. Katanya sih begitu. Ada juga yang tidak mau, saat ditanya apa ingin mendaftar seleksi guru penggerak?. Banyak guru yang tertarik untuk mengikutinya, tidak sedikit juga yang tidak tertarik.
Begitulah guru penggerak. Dengan slogan "tergerak,bergerak,dan menggerakkan."Biasa seleksi setiap angkatannya selalu ramai diikuti oleh guru. Sunyi senyap kemudian, setelah beberapa kali saringan tersisa belasan dan tak lebih dari puluhan diantara ribuan yang mengikutinya.
Ada yang rela mengikuti seleksi berulang-ulang, tapi tak pernah lulus juga. Ada yang hanya sekali, langsung lulus. Ada pula yang hanya penasaran dan ingin tahu mengenai seleksi guru penggerak, tapi malah lulus.
Entah benar atau tidak karena iseng bisa lulus seleksi CGP, tak bisa juga diterima kebenarannya. Bisa saja itu bumbu-bumbu pemanis biar dipuji guru lain sebagai orang hebat dan pintar. Hanya iseng bisa lulus, yang serius malah tak lulus.
Lulusan CGP dijadikan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah tidak dipungkiri menjadi daya tarik bagi guru mengikuti guru penggerak. Walaupun ada segelintir guru yang niatnya ingin menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya. Kok segelintir?.
Karena memang banyak yang berharap menjadi Kepala Sekolah. Walaupun ada yang malu-malu mengatakannya. Dibalut dengan kata-kata ingin menambah pengetahuan yang hanya di dapatkan di pendidikan guru penggerak.
Sah-sah saja CGP yang menyelesaikan pendidikan guru penggerak diangkat menjadi Kepala Sekolah. Wong memang ada Permendikbudnya yang mengatur. Apa yang salah?.
Tentu tidak ada yang salah. Bahkan ada pula yang ironi, pengajar praktik (PP) calon penggerak mengaku didepan umum di sebuah rapat bahwa dirinya berasal dari guru penggerak yang telah diangkat menjadi Kepala Sekolah.Â
Seorang guru penggerak, jangan lupa dengan esensi dirinya. Jangan jabatannya yang diperebutkan, melupakan hakikat sebenarnya. Guru penggerak sebagai agen perubahan pendidikan. Menciptakan pemimpin pembelajaran yang mandiri, kreatif dan inovatif.
Insan pembelajar yang berprofil Pancasila. Itu tujuan sebenarnya. Tidak melupakan Visi guru penggerak. Dan tentunya menterjemahkan pemikiran dan filosofi Ki Hajar Dewantara dalam aksi nyata di sekolah.Â
Baik itu sebagai guru ataupun sebagai Kepala Sekolah. Keduanya sama nilainya untuk satu tujuan memajukan sekolah masing-masing dan menjadi pemimpin pembelajaran yang memerdekakan belajar siswa dan memerdekakan guru dalam mengajar. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H